Mengenal Lebih Jauh Schizophrenia

By nova.id, Senin, 16 Januari 2012 | 22:36 WIB
Mengenal Lebih Jauh Schizophrenia (nova.id)

Sejak jejaring sosial semakin booming di pergaulan masyarakat Indonesia. Rasanya begitu mudah orang bisa berkomentar tentang sesuatu yang sebetulnya  terlalu berlebihan jika diungkapkan.  Seperti dengan mudah orang memberikan label 'autis' untuk orang yang asyik dengan gadget mereka. Atau memberikan label 'sakit' untuk orang yang dianggap tidak biasa atau  memiliki suatu kelebihan dalam berkomunikasi atau mengutarakan pendapatnya. Parahnya istilah 'sakit' ini selalu dibarengi dengan embel-embel Schizophrenia. Sebenarnya, apa sih Schizophrenia itu? 

Menurut Andi Ardillah Pratiwi ,M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa, seseorang yang disebut sebagai penderita Schizophreniform atau Schizophrenia adalah orang yang  terduga dengan gejala  ada halusinasi atau delusi, perilaku tidak teratur, penarikan sosial dan perilaku katatonik.

"Schizophrenia sendiri ada tiga kategori yaitu paranoid, katatonik dan disorganize.Tidak mudah lho, melabeli orang dengan menyebutnya sebagai penderita Schizophrenia. Sekalipun itu seorang psikolog. Sebab, untuk menentukan seseorang schizophrenia harus di lakukan diagnose dengan diajak bicara, wawancara, diamati berhari-hari dan di test dengan alat ukur. Salah memberikan label, bisa berdampak cukup parah pada si penderita sebab penderita bisa  semakin merasa bersedih dan menarik diri. Halusinasi makin berkembang.Maka biasanya, untuk penderita Schizophrenia harus diberikan obat yang membantu mengurangi halusinasinya. Biasanya seumur hidup penderita schizophrenia, harus mengkonsumsi obat," papar psikolog dari Personal Growth ini.

Masih menurut Andi, schizophrenia paranoid adalah gangguan mental yang ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional atau logis dengan indikasi 1.  adanya delusi atau waham yang biasa disebut sebagai keyakinan palsu yang di pertahankan. Waham kejar (delusion of persecusion) contohnya, misal keyakinan orang pada adanya orang atau kelompok tertentu yang   mengancam atau membahayakan dirinya.  

Waham ini  penderita paranoid selalu curiga, takut,   sebab  merasa diawasi, diikuti dan diperhatikan. Waham kebesaran (delusion of  grandeur) penderita paranoid yang mempunyai keyakinan merasa dirinya adalah orang besar, orang yang kuat sehingga meraa dirinya sebagai orang yang  penting. Waham berpengaruh (delusion of influence) keyakinan bahwa sebuah kekauatan dari luar sendang mencoba mempengaruhi atau mengendalikan pikirannya. "Misalnya, seseorang merasa ada UFO yang mempengaruhi pikirannya atau ada kekuatan lain yang mempengaruhinya,"jelas Andi.

2.  Adanya halusinasi adalah persepsi palsu  atau seseorang yang menganggap sesuatu hal ada atau nyata padahal hal tersebut  kenyataannya adalah khayalannya saja. Kata Andi, "Masyarakat awam menyebut penderita adalah orang gila karena sering ngomong sendiri atau mengkhayalkan sesuatu."

3. Gejala motorik yang biasanya dapat dilihat dari ekspresi yang aneh dan khas yang diikuti dengan  gerakan jari, tangan, lengan atau sikap motorik yang tidak biasa. Misalnya mengikuti gerakan tertentu diam seperti patung.

4 Penarikan sosial (social withdrawl) biasanya mereka tidak mudah menyukai orang lain atau menganggap orang lain tak menyukainya sehingga temannya hanya sendikit. Diduga penyebab gangguan kepribadian seperti ini disebabkan oleh respon pertahanan psikologis atau respon mekanisme pertahanan diri yang berlebihan terhadap berbagai stress atau konflik terhadap egonya. Menurut Andi biasanya orang seperti itu memiliki  kepribadian yang pecah. Dan ini sudah terbentuk sejak usia muda.

Erni