JANGAN LANGSUNG DIPUTUS
Sebenarnya, tutur Enny, tak ada salahnya si kecil berbagi cerita dengan orang ketiga karena ada positifnya. "Anak bisa belajar berbagai karakter orang-orang di luar rumahnya dan bagaimana ia beradaptasi dalam menghadapi berbagai karakter itu. Jadi, ia belajar menghargai orang lain dan bersosialisasi." Tapi ada syaratnya, lo, orang ketiga tersebut tak bermasalah dan sejalan dengan pola pendidikan kita.
Selain itu, kita juga tak boleh melepaskan tanggung jawab kita sepenuhnya. Ingat, pendidikan anak tetap di tangan orang tua. Jadi, untuk hal-hal yang butuh keputusan orang tua, kitalah yang mengambil peran. Tapi untuk hal-hal yang sifatnya sampingan dan tak perlu peran orang tua, enggak masalah, kok, bila si kecil "lari" pada orang ketiga. Untuk itu, kita harus mampu memilah, mana yang harus kita pegang dan ambil alih, serta mana yang boleh dibiarkan saja pada orang ketiga. Misal, keputusan tentang "sekolah", tentu bukan orang ketiga, kan, yang harus memutuskannya?
Lain hal bila si kecil memilih orang ketiga yang kita rasakan enggak tepat, semisal suka bicara kasar hingga kita takut si kecil jadi terpengaruh. Tapi jangan lantas memutus kelekatan si kecil pada orang itu, lo. "Bagaimanapun kita harus menghargai pilihan anak," ujar Enny. Justru kalau kita langsung melarangnya, apalagi disertai mencerca si orang ketiga, "anak akan merasa sebagian dari kritikan terhadap orang itu adalah celaan buat dirinya juga. Ia akan merasa, ia salah dalam memilih orang." Yang terbaik, anjur Enny, ambil alih peran orang itu secara perlahan.
"Kalau saatnya anak hendak ke sana, kita coba tarik perhatiannya agar ia tak ke sana. Misal, dengan mengajaknya melakukan permainan yang ia sukai." Pendeknya, tarik perhatian si kecil dengan hal-hal menyenangkan yang bisa dilakukannya di rumah bersama kita, termasuk jadi pendengar yang baik buatnya.
Nah. bila ia sudah mulai terikat dengan rumah, lama-lama kebutuhannya pada orang ketiga makin berkurang hingga akhirnya ia pun tak "lari" lagi ke luar rumah untuk "curhat". Mau tak mau kita harus panjang sabar, ya, Bu-Pak, karena butuh waktu untuk membuat si kecil "kembali" pada kita.
Indah Mulatsih/nakita