Tips Melarang Anak Secara Efektif

By nova.id, Senin, 16 Agustus 2010 | 02:21 WIB
Tips Melarang Anak Secara Efektif (nova.id)

Saya (27) mempunyai seorang putra (19 bulan). Belakangan ini saya sedih karena anak saya memiliki sifat buruk. Setiap kami melarang sesuatu. Misal, jangan bermain dengan kompor, dia akan membentur-benturkan kepalanya ke tembok atau ke lantai dengan sengaja. Saking kesalnya, saya sempat menyentilnya hingga kupingnya memerah. Pertanyaannya, apakah anak saya terganggu psikisnya? Bagaimana cara mengatasinya? Bisakah Ibu memberikan tip melarang anak batita yang efektif? Bisakah perkembangan kepribadian dan kognitifnya terganggu karena kebiasaan ini? Terima kasih atas perhatian dan jawaban Ibu.

Sholihah - Jakarta

Ibu Sholihah, masalah semacam ini cukup banyak ditanyakan oleh para ibu yang mempunyai anak usia di bawah tiga tahun (batita). Ibu sudah pernah mendengar istilah "si dua tahun yang banyak ulah?" Ya begitulah ciri-ciri anak usia batita. Caranya mudah saja, begitu dia mau membenturkan kepala, segera gendong sambil menenangkan anak, dekap dengan kuat dan setelah tenang ajak dia melakukan kegiatan lain. Biasanya ulah semacam ini lebih banyak dilakukan anak-anak yang merasa kurang bahagia, entah karena kurang diperhatikan, merasa kurang dikasihi (dicintai) orangtuanya. Sebaliknya bisa dilakukan oleh anak yang terlalu dimanja, selalu dituruti kemauannya sehingga begitu dilarang dia mencari trick (biasanya ditemukan melalui proses belajar) untuk mengendalikan orangtuanya dengan cara menyakiti diri.

Kalau dia membenturkan kepala lalu Ibu sentil telinganya, percuma Bu, tidak akan menyelesaikan masalah karena sentilan dianggap sebagai perhatian dari Ibu. Akhirnya dua pihak saling ngotot dengan caranya masing-masing. Anak menjadi agresif karena meniru orangtuanya yang suka menyentil, memukul, bila marah pada orang lain (Ibu marah pada anak).

Kalau terlalu sering membenturkan kepala, dikhawatirkan akan menimbulkan cedera otak (sangat bergantung seberapa keras benturannya). Cedera otak tidak selalu berakibat langsung terhadap perkembangan kognitif seseorang, karena tergantung pada seberapa parah cedera yang dialami.

Perkembangan kepribadian akan terganggu (misalnya, menjadi anak yang agresif, antisosial, atau sangat tidak percaya diri) apabila perilaku anak tidak diselesaikan dengan cara yang tepat. Misalnya orang tua sering menghukum anak, tidak mencarikan alternatif pengganti kegiatan yang disukai anak, terlalu banyak melarang. Sebagai contoh, apabila si kecil ingin bermain kompor amati dulu apa yang ingin dia lakukan dengan kompor tersebut. Saya mengerti Ibu khawatir kalau-kalau putra Ibu mengalami cedera, namun bukan dengan segera melarangnya. Berikan dulu kesempatan pada anak, apa yang ingin dia lakukan dengan kompor itu. Ibu pun dapat menunjukkan bagaimana cara menyalakan kompor.

Biasanya anak ingin tahu mengenai benda-benda yang ada di sekelilingnya. Dari situasi ini sebenarnya tidak ada pihak yang salah. Ibu khawatir kalau anak cedera, sebaliknya anak ingin mencoba (ingin tahu). Yang menjadi masalah adalah bagaimana menyiasatinya agar tidak sampai dua pihak bentrok. Apakah Ibu sudah paham akan penjelasan saya? Coba bereksperimen dulu ya Bu? Salam.