Selain kecepatan reaksi, sediaan yang beraneka ragam juga dimaksudkan untuk mencapai organ yang menjadi target terapi secara efektif.
Hal ini juga bertujuan meminimalisir efek samping yang mungkin terjadi. Misal, pada pasien yang tak sadarkan diri, muntah terus menerus, menderita gangguan menelan maupun diare, bisa diberikan obat selain obat per-oral.
Berapa Kali Dalam Sehari
Frekuensi meminum obat pada dasarnya mengikuti profil farmakologi seperti sifat kimia dan biologi obat, interaksi obat dengan tubuh serta perlakuan biologis tubuh terhadap obat. Kesemuanya tentu sudah dipastikan dalam proses uji klinik yang panjang.
Obat yang kadar dalam darah cepat menurun karena profil farmakologinya, memerlukan interval pemberian yang agak sering (2-3 kali sehari). Tujuannya agar efek terapi dapat dipertahankan selama 24 jam.
Sedangkan obat dengan profil farmakologi yang kadarnya relatif cukup dalam tempo yang panjang, cukup diberikan sekali sehari.
Banyak keuntungan pemberian obat dengan interval panjang atau pemberian relatif lebih jarang seperti sekali sehari. Namun terutama, kepatuhan pasien minum obat adalah yang terpenting.
Pasien pada umumnya sering lupa minum obat jika harus 2 atau 3 kali sehari. Sehingga efek samping obat akan berkurang karena paparan obat terhadap organ tubuh menjadi berkurang.
Namun dengan temuan teknologi terkini, memungkinkan untuk membuat profil kerja beberapa obat jadi lebih panjang.
Teknologi tersebut disebut dengan sediaan controlled release, extended release maupun oros (lepas lambat), sehingga memungkinkan dikonsumsi sekali sehari.
Obat ini mampu menghasilkan efektivitas setara dengan bentuk konvensional yang diminum lebih sering, namun dengan efek samping lebih minim karena kadar obat dalam darah relatif stabil. Beberapa contoh obat lepas lambat adalah obat antihipertensi, antidiabetes, hingga nyeri kronis.
Laili Damayanti