Banyak orang menyepelekan alergi. Padahal, jika salah penanganan, alergi bisa berakibat fatal. Perhatikan alergen yang bisa memicu munculnya alergi. Percaya tidak, alergi adalah penyakit keturunan. Bisa diturunkan dari orangtua ke anak, atau kakek/nenek ke cucu atau cicitnya. Selain itu, seorang ibu yang alergi kulit, belum tentu akan melahirkan anak-anak yang pasti alergi kulit juga. Bisa saja si anak terkena alergi yang lainnya. Menurut Dr. Hadi Moeliawan, Sp.P., alergi merupakan penyakit keturunan yang memberikan reaksi berbeda yang merugikan penderita. "Yang diturunkan adalah sifat alerginya. Ada orang tua yang alergi kulit (dermatitis), tapi anak-anaknya tidak ada yang kena alergi dermatitis. Yang muncul pada sang anak malah di paru-paru (asma)." Tak heran, jika banyak orang tak habis pikir dirinya terkena asma, sementara tak ada satu pun anggota keluarga yang mengidap penyakit ini. "Banyak orang bertanya-tanya, "Keluarga saya nggak ada yang asma, kok, saya bisa kena." Setelah ditelusuri, ternyata ada keluarga yang eksim (alergi)," kata Hadi. Sebaliknya, bisa jadi seorang anak dengan alergi memborong semua penyakit alergi, "Eksim punya, pilek punya, asma juga punya. Bisa juga ketika kecil kena asma, tapi menjelang dewasa, ia kena dermatitis. Kita memang tak tahu, nantinya alerginya bakal seperti apa, karena perjalanan penyakit alergi memang begitu. Apakah asma, eksim, pilek alergi, atau lainnya," papar Hadi seraya menyebut data, 20 persen penduduk dunia menderita alergi, dari yang ringan sampai yang berat. Meski penyakit keturunan, alergi tak berarti langsung diturunkan ke anak dari orang tua. Bisa jadi, meski orang tua punya alergi, tapi anak tidak punya penyakit alergi. Dan baru muncul di cucunya, begitu seterusnya. Alergi bisa muncul di mana saja, tak sebatas di kulit, karena tergantung organ mana yang terkena. "Jika terkena di kulit bisa menimbulkan eksim, dermatitis kontak (gatal akibat memakai perhiasan, misalnya), atau biduran (urtikaria)," jelas spesialis asma dan alergi ini. Serangan alergi di paru-paru menjadi serangan asma, di hidung jadi pilek alergi (hidung gatal, bersin, ingus cair). Bisa juga mengenai organ mata (konjungtivitis). "Mata gatal atau mata merah, gatal, berair, terkadang kelopak mata bengkak akibat aspirin, misalnya." Pada anak, pencernaan juga sering terganggu akibat alergi. "Misalnya muntah, diare, atau kolik." BISA FATAL Penyakit alergi akan muncul jika bertemu pemicu (alergen). Munculnya pun tidak sekali kontak, kemudian langsung muncul. "Butuh beberapa kali kontak, baru kemudian muncul penyakitnya," kata Hadi. Secara umum, alergen dibagi dua, yaitu alergen hirup dan alergen makanan. Yang termasuk alergen hirup di antaranya debu rumah, tungau, tepung sari (polen) rumput/pohon, bulu hewan (kelinci, anjing, burung, kucing, dan sebagainya). Sementara yang termasuk alergen makanan jenisnya sangat banyak. "Contohnya udang, kepiting, kacang, cokelat," kata Hadi. Bumbu penyedap, pengawet dan pewarna, obat-obatan, kosmetik, dan gigitan serangga juga bisa menjadi alergen. Selain itu, ada juga faktor pencetus yang bisa memperburuk alergi yang sudah ada, apalagi pada orang yang sudah pernah terkena alergi. Faktor pencetus itu antara lain cuaca, asap rokok, atau bau-bauan yang merangsang. "Pikiran (stres) juga bisa menjadi faktor pencetus, lo," lanjutnya. Yang harus diwaspadai, alergi ternyata juga bisa berakibat fatal. Salah satunya jika sampai terjadi larynx spasme (pita suara tercekik). "Pita suara terjepit, kejang, dan kaku. Enggak bisa ngomong, seperti dicekik. Ini bahaya dan harus segera ditolong. Oksigen pun terkadang enggak bisa masuk, karena jalan napasnya tertutup. Biasanya, disuntik dengan adrenalin atau dilakukan tracheostomy (membuat lubang buatan di pita suara)," papar Hadi. Pada asma alergi, kondisi bahaya terjadi jika tekanan darah terus menurun. Yang tak kalah berbahaya adalah alergi yang diberi nama Stephen Johnson Syndrome, yaitu reaksi alergi yang ekstrim, seringnya terhadap obat. "Begitu terkena alergen, kulit langsung melepuh dan berdarah di selaput lendir. Harus segera ditolong." Hasto