Penyakit yang Menghantui di Akhir Tahun (2)

By nova.id, Sabtu, 12 Desember 2009 | 17:44 WIB
Penyakit yang Menghantui di Akhir Tahun 2 (nova.id)

2. KERACUNAN MAKANANIni istilah untuk salah makan. Artinya, makanan sudah tidak segar (basi), tidak cocok terhadap jenis makanan tertentu (sea food), atau makanan yang tercemar bibit penyakit. Bisa terjadi di rumah, jajan di luar rumah, termasuk makan di restoran. Mendadak mual, diikuti muntah, lalu mencret. Gejala ini sehari-hari dikenal sebagai muntaber. Namun, berbeda dengan muntaber kolera, muntaber keracunan makanan biasanya lebih ringan. Serangan mencret dan muntah baru dikategorikan muntaber jika dalam sehari buang air besar lebih dari 5 kali. Biasanya disertai mulas sebelum maupun sewaktu buang air besar. Mungkin ada demam, nyeri kepala, atau ngilu di tulang dan sendi.

Kita perlu melacak habis makan apa muntah dan mencret muncul, dan itu yang dicurigai sebagai penyebabnya. Umumnya, berasal dari jenis makanan di luar kebiasaan harian. Makanan jajanan, makanan pesta, atau menu baru yang jarang kita menyantapnya di rumah.

Namun, perlu dibedakan muntaber akibat salah makan dengan serangan mag. Orang terserang mag bisa mencret juga. Bedanya dengan mencret muntaber, mencret mag biasanya kurang dari lima kali dalam sehari, tidak disertai mulas, yang keluar banyak angin, dan umumnya tidak demam. Muntaber sebab infeksi, selain lebih dari 5 kali, keluarnya sedikit-sedikit, disertai mulas, masih kepingin buang air besar tapi tidak bisa keluar, disertai demam, nyeri kepala, dan pegal linu di tulang dan sendi, seperti pada infeksi usus oleh kuman atau amoeba disentri, misalnya.

Pada mencret oleh infeksi, tinja biasanya lembek, bercampur lendir, bisa ada bercak darah segar, dan berbau amis. Pada mag, tinja lembek dan cair, keluar sekaligus banyak bersama banyak angin, dan tidak berbau anyir. Obatnya tidak sama. Jika keliru memberi obat, magnya tak reda-reda, atau muntaber tak berhenti jika tidak minum obat antidiare (yang dijual bebas di warung), dan tidak pula ditambah antibiotika pembasmi kumannya.

Tanpa memberi antibiotika, muntaber sebab infeksi akan terus berkepanjangan. Perut mulas-mulas terus, tak enak di ulu hati, kembung, dan rasa ingin buang air besar, tapi tidak bisa keluar, atau kalau keluar hanya sedikit. Ini tak boleh dibiarkan, sebab infeksi bisa berlarut-larut. Apalagi kalau betul disentri. Komplikasi disentri bisa ke hati, kandung empedu, selain merusak usus besar. Muntaber sebab infeksi selain mengganggu usus besar, sering juga mengganggu lambung, tergantung jenis kuman penyebabnya. Itu sebab selain mencret, lambung juga menyemprotkan isinya keluar bersama muntahan.

Muntah dan mencret pada keracunan makanan sesungguhnya reaksi penolakan tubuh (perlindungan) terhadap zat racun yang seharusnya jangan dihalangi. Itu sebab, pada serangan infeksi perut, sebaiknya tidak lekas-lekas menyetop mencretnya.

Kenapa? Dengan lekas-lekas menyetop mencret, bibit penyakit justru gagal dikeluarkan, tertahan di dalam usus, dan akan berkembang biak, sehingga infeksi usus bertambah parah. Maka, di awal-awal serangan muntaber, biarkan mencret dan muntah berlangsung. Obat antimuntah dan antimencret baru diberikan jika sudah tahap kelewat hebat, sehingga mengancam tubuh kekurangan cairan (dehidrasi). Pada kasus kolera, muntah dan mencret bisa berpuluh-puluh kali mengocor seperti air leding. Pada muntaber sebab kolera yang bisa berbahaya jika dibiarkan.

Sambil mengamati muntah dan mencretnya, perbanyak minum. Kalau ada oralit, lebih baik. Setiap kali muntah dan mencret, ganti segelas larutan oralit, terutama pada balita dan usia lanjut. Kedua kelompok umur ini rentan terhadap kekurangan cairan, dan mudah terancam syok akibat kehilangan cairan.

Dok. NOVA