Salah Minum, Daya Kerjanya pun Berkurang (1)

By nova.id, Minggu, 6 Desember 2009 | 18:24 WIB
Salah Minum Daya Kerjanya pun Berkurang 1 (nova.id)

Salah Minum Daya Kerjanya pun Berkurang 1 (nova.id)

"Foto: Dok. NOVA "

Antibiotika adalah obat yang dibuat dari satu jenis tumbuh-tumbuhan atau produk tanaman yang diolah bersama tanaman lain dalam laboratorium. "Hasilnya diekstrasi ke dalam antibiotika," tutur dr. Pinarti, SKM.

Kemampuan antibiotika memang luar biasa. Obat ini bisa membunuh bermacam bakteri antara lain bakteri yang menyebabkan mencrte, sakit gigi, bisulm batuk pilek, bronkhitis dan radang paru. Semua infeksi memberikan gejala peradangan pada tubuh, jika tubuh terasa sakit, panas, bengkak, tidak bisa digerakkan, itulah gejala terjadinya infeksi dalam tubuh. Nah, saat inilah si penderita perlu diberikan antibiotika.

Jadi, jelaslah antibiotika tak bisa sembarang disantap. "Salah-salah makan, bisa menyebabkan shock, mati dan mengganggu pencernaan," sambung Pinarti.

Dulu, sebelum ditemukan antibiotika. Orang membunuh bakteri dengan bakterisida (pembunuh bakteri). Namun sifat obat ini cuma menghambat agar bakteri yang masuk di dalam tubuh dihambat perkembang biakannya.

"Kadang-kadang juga dokter menggunakan sulfa yang biasanya digunakan sebagai obat mencret. Hanya saja, di beberapa orang sulfa menimbulkan reaksi alergi. Entah jadi gatal, atau biru di tubuhnya," tutur Pinarti.Karena itulah, pembmerian sulfa agak berisiko. "Dokter harus menanyakan lebih dahulu apakah si pasien menderita alergi atau tidak, sebelum meresepkannya. Bahkan kalau perlu si pasien cuma diberi sebutir obat, setelah itu dokter akan melihat reaksinya lebih dahulu. Bila tidak terjadi reaksi alergi, baru pengobatan pun diteruskan," lanjut Pinarti.RAJIN BERTANYAKembali ke antibiotika, mengingat bahayanya, sebelum diberikan dokter perlu mempertimbangkan beberapa hall. "Pertama, jenis natibiotika yang diberikan harus beredar di pasarn. Kedua, orang yang diberikan tahan dan tidak alergi pada antibiotika itu," jelas Pinarti.

Untuk mengetahui ketahanan seseorang terhadap antibiotika tadi, dokter harus rajin bertanya pada pasiennya. "Selain itum dokter pun harus mengetahui perkembangan obat-obat baru.

Dalam kurun waktu singkat sering kali sudah ada obat baru. Biasanya dokter mengetahui obat-obat baru sekaligus fungsinya dari para detailer obat. Yang juga patut dipertimbangkan adalah soal harga. Banyak sekali antibiotika yang mahal sampai mencapai Rp 10 ribu satu kapsul. Meski hasilnya sangat memuaskan, tidak semua orang mampu membelinya."

Tentu saja yang paling penting di atas faktor tadi adalah pemilihan jenis antibiotikanya. Karena jenis antibiotika amatlah beragam.Misalnya, untuk sakit tenggorokan antibiotik yang diberikan berbeda dengan antibiotik yang diresepkan bagi penderita tipus misalnya. Selain membasmi bakteri, antibiotika juga akan langsung menurunkan panas yang biasanya menyertai gejala radang tenggorokan tadi," terang Pinarti.

Dok. NOVA