Jika Suami "Cemburu" pada Anak (1)

By nova.id, Kamis, 31 Desember 2009 | 19:25 WIB
Jika Suami Cemburu pada Anak 1 (nova.id)

Jika Suami Cemburu pada Anak 1 (nova.id)

"Foto: Dok. NOVA "

Salah satu pemicu konflik antara suami-istri yang berkaitan dengan kehadiran anggota keluarga baru adalah saat istri memberi ASI. Betapapun suami sebelumnya mendambakan kelahiran si kecil, ada kalanya ia merasa posisinya "direbut" sang bayi saat melihat istrinya menyusui.Memang kalau dipikir-pikir, konflik macam itu tak masuk akal. Sebab, kebutuhan perhatian dan cinta antara suami dan anak jelas berbeda. Yang satu cinta kasih suami-istri, satunya lagi cinta ibu terhadap anak.

Namun keluhan utama yang sering terjadi pada suami yang baru saja mendapat anak adalah kehilangan cinta. Kini istrinya lebih mencintai anaknya ketimbang dirinya. Sesungguhnya hal yang wajar jika wanita memiliki perasaan yang kuat terhadap anak yang sudah berada dalam rahimnya 9 bulan.

Kata ahli, ada perbedaan besar antara cinta terhadap anak dan terhadap suami. Cinta seorang ibu selalu tampak sebagai cinta yang murni dan kekal. Kedua cinta ini sama-sama membutuhkan kesabaran, loyalitas, dan respek. Tetapi patut diingat oleh suami, kasih seorang ibu tak mungkin tumbuh subur tanpa lingkungan yang layak.

Karena itulah penekanan perbedaan kedua cinta itu perlu selalu ditekankan pada suami agar ia bebas dari perasaan tersaingi terhadap kehadiran orang lain dalam kehidupan istrinya. Biasanya suami cepat sekali menilai istrinya begitu seorang anak hadir. Apakah istrinya ibu yang baik bagi anaknya, seorang kekasih, atau ibu bagi suami. Hasil penilaian itulah yang kerap membuat suami tersisih. Jadi, tunjukkanlah dengan kata-kata, sikap, atau perbuatan, bahwa Anda bisa menjalankan segala peran.Cinta kepada suami memang bisa berubah dengan kehadiran anak. Jika sebelumnya Anda dan suami selalu melakukan hal-hal kecil untuk menjalin cinta, mungkin hal itu tak lagi Anda lakukan setelah kehadiran buah hati. Anda terlalu sibuk mengurusi si kecil, dan "keengganan" pada suami pasca-kelahiran masih melekat.Dan entah mengapa, bagi sebagian suami, cinta kerap diartikan sebagai sesuatu yang bisa dihitung secara matematis, seperti uang, yang bisa diambil dari suatu tempat dan dipindah ke tempat lain. atau dalam hal ini, diberikan kepada seseorang yang lebih membutuhkan.TAKUT DICERAISeorang ahli mengatakan, ada dua jenis wanita, yakni wanita yang lebih mementingkan anak daripada suami, dan sebaliknya. Cinta, bagaimanapun, tak bisa diterjemahkan secara begitu saja. Banyak hal yang melatarbelakanginya. Seorang wanita bisa saja mencintai suaminya lebih besar ketimbang kepada anaknya karena ajaran orang tua yang mengharuskannya menghormati dan melayani suami.Biasanya, wanita sering kali menjadi berlebihan mencintai anaknya kalau ibunya tidak mencintainya. Sekarang ia tak ingin pengalaman pahit itu menimpa anaknya. Karena itulah seringkali cintanya menjadi kelewat berlebihan. Akibatnya sang suamilah yang menjadi "korban".Sayangnya, sejak zaman dulu, pria selalu ditempatkan di atas. Dalam keluarga, kita melihat ibu kita selalu mendahulukan Ayah, anak lelaki, baru kita anak perempuan. Sikap ini membuat anak perempuan tertekan. Ini dapat menyebabkan keinginan anak-anak perempuan kelak memberi anak-anaknya perhatian lebih yang setara antara anak perempuan dan lelaki.

Hasto