Tak Semua Perbuatan Boleh Dimaafkan (2)

By nova.id, Selasa, 8 Desember 2009 | 08:03 WIB
Tak Semua Perbuatan Boleh Dimaafkan 2 (nova.id)

BERLAKU SEBAGAI TEMANBelakangan ini pikiran Yuli begitu kacau. Ia kerap kali teringat peristiwa 7 tahun yang lalu, saat suaminya ada main dengan bekas sekretarisnya. Sebetulnya Yuli sudah memaafkan Dani setelah ia meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi perbatannya. Namun akhir-akhir ini karena Dani selalu pulang malam, ia teringat kembali peristiwa menyedihkan itu.

"Setiap kali ia membatalkan janji untuk pergi bersama, saya membayangkan yang tidak-tidak. Jangan-jangan Dani berkencan dengan wanita lain," keluh Yuli.

Padahal Yuli sesungguhnya tahu bahwa Dani amat sibuk dengan pekerjaan kantornya. Namun karena kesalahan fatal yang pernah dilakukan Dani begitu menggores di hatinya, Yuli tak bisa melupakan. Sekalipun ia sudah memafkan Dani. Kendati Yuli berkali-kali mengatakan telah memafkan Dani, namun jauh di lubuk hatinya (mungkin juga tanpa disadari) ia tidak bisa memaafkan suaminya. Karenanya meski peristiwa itu sudah berjalan 7 tahun, ia tetap mengingatknya.

Memaafkan pasangan terutama memaafkan perbuatan yang amat menyakitkan memang tidak mudah. Anda tetap saja dikejar perasaan takut kalau-kalau ia kembali menyakit hati Anda dengan hal serupa. Supaya Anda yakin pasangan Anda tidak akan melakukan perbuatan yang sama, Anda berdua harus sebagai hansip. Karena merasa Anda temannya, ia tak akan mengkhianati kepercayaan yang Anda berikan itu.

Di samping itu dengan memberi maaf yang setulus-tulusnya, perasaan Anda akan bahagia. Dan justru, dengan memberi maaf, hubungan Anda dan pasangan Anda akan jauh lebih mesra.

CARI JALAN KELUAR BERSAMAKalau pasangan Anda mengulangi perbuatan yang sama, Anda tidak boleh berdiam diri. Tetapi marah-marah pun bukan merupakan jalan keluar. Begitu pula dengan memaafkan kembali berarti Anda membuka peluang baginya untuk kembali melakukan perbuatan salah.

Lebih bijaksana kalau Anda menanyakan lebih dahulu kepadanya, apa sebabnya ia melakukan kesalahan yang sama. Semisal, suami atau istri Anda berulang kali pulang terlambat sekalipun sudah berjanji akan pulang tepat waktu. Jangan lantas memarahinya. Mungkin ia tak kuasa menolak tugas yang diperintahkan atasannya.

Ajaklah ia mencari jalan keluar agar kesalahan itu tidak berulang kembali. Misalnya kalau suami Anda selalu ingkar janji dan pulang terlambat mengapa tidak memintanya mengabari Anda lebih dahulu? Anda pun harus pandai menyakinkan dirinya, bahwa sekali-kali ia boleh menolak lembur yang diperintahkan atasannya. Bagaimana pun acara keluarga tak kalah penting dari urusan kantor.

Pembicaraan serupa ini hendaknya dilakukan dengan kepala dingin. angat, Anda berdua merupakan satu kesatuan, bukannya seteru yang selalu mencoba membalas apa yang yang pernah dilakukan oleh suami. Bila Anda selalu, mengkritik idenya dalam mencari jalan keluar, bagaimana masalah Anda berdua dapat dipecahkan? Tidak ada salahnya Anda mencoba untuk mengalah. Toh Anda tak akan rugi bila dengan mengalah, Anda akan memenangkan persoalan ini. Lagi pula bila Anda mulai mengalah, biasanya pasangan Anda pun tak sungkan mengikuti jejak Anda.

Tentu saja penyelesaian masalah tidak semudah yang Anda harapkan, sekalipun jalan keluar sudah didapat. Camkan baik-baik, orang tak akan pasangan Anda sedikit demi sedikit mengatasi masalah yang ia hadapi. Kalau perlu beri dorongan. Tetapi dorongan bukan berarti paksaan, lo. Memaafkan juga berarti mendukung usahakanya dalam memecahkan masalahnya.

Jangan lupa intropeksi diri. Bila Anda menuntut pasangan Anda untuk tidak melakukan hal-hal yang Anda tidak suka, Anda pun harus menghentikan kebiasan buruk Anda. Jangan berkali-kali minta maaf, tetapi kembali melakukan perbuatan yang sama. Kelanggengan hubungan Anda bukan melulu tergantung dari pasangan Anda, tetapi juga dari diri Anda sendiri.