Belajar Saling Menerima Masa Lalu (2)

By nova.id, Jumat, 2 Oktober 2009 | 19:45 WIB
Belajar Saling Menerima Masa Lalu 2 (nova.id)

Menjadi Diri SendiriSuka atau tidak, kacamata orang lainlah yang bisa mengenali seperti apa pribadi Anda sebenarnya. Biasanya, orang lain akan lebih objektif dalam memandang satu persoalan. Tentunya, jangan sembarangan mengumbar masa lalu, pilihlah orang yang memang dekat dan bisa dipercaya seperti kekasih, yang memang sudah Anda kenal wataknya.

Dengan membicarakan masa lalu meski sangat memalukan, aneh, atau buruk, akan membantu orang lain memahami Anda. Jika ia memang mencintai Anda apa adanya, ia tidak akan menghakimi, malah memberikan saran terbaik.

Manfaat terbaik dari membicarakan masa lalu dengan pasangan adalah memperdalam kualitas hubungan dengan Si Dia. Pasalnya, dari sini akan muncul dukungan yang sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya diri dan kepedulian untuk membentuk pribadi yang lebih baik.

Lagipula, dengan berbagi masa lalu, orang yang dipilih akan merasakan betapa besarnya kepercayaan yang dianugrahkan. Sehingga semua berujung ke manfaat lain yang tak kalah menyenangkan, yaitu menjadi diri sendiri.

Jujur mungkin sulit, namun ini akan menghilangkan tekanan. Lain halnya dengan menyembunyikannya, yang membuat Anda hidup dalam kebohongan. Sungguh tak mengenakkan, kan? Ya, jangan sampai mulut orang lain sendiri yang memberitahu pasangan Anda. Batasi Bohong PutihSekalipun penting sekali untuk terbuka mengenai masa lalu, sebenarnya masih terdapat batasan, lho. Inilah yang dinamakan dengan kehidupan pribadi, dan memiliki ini dalam sebuah hubungan, sah-sah saja.

Toh, setiap manusia memang harus mempunyai ruang privat yang tidak bisa diganggu gugat kepentingannya. Entah itu fantasi, hal yang dibicarakan dengan terapis, keyakinan, hingga jurnal pribadi.

Misalnya, mengenai detail hubungan intim antara Anda dan mantan suami/ istri. Rasanya tidak etis, sekalipun Si Dia bertanya, untuk blak-blakan bercerita mengenai hal tadi.

Pasalnya, cerita masa lalu semacam ini bisa berujung kepada kesalahpahaman dan malah pasangan berubah jadi merasa tak aman, tak percaya diri, hingga tak nyaman. Lagipula apa untungnya berbagi cerita mengenai hal yang sangat intim dengan pasangan, jika pada akhirnya akan menyakitinya?

Menyembunyikan hal sensitif seperti ini berbeda dengan berbohong, melainkan pilihan untuk tidak menyakiti pasangan yang baru. Atau yang sering disebut sebagai bohong putih (white lies). Tapi, jangan sampai Anda menyalahgunakan si bohong putih ini semata-mata untuk kepentingan pribadi, ya!

Astrid Isnawati