Agar Gairah Kembali Menyala

By nova.id, Kamis, 20 Agustus 2009 | 23:36 WIB
Agar Gairah Kembali Menyala (nova.id)

Gairah seksual seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Seiring berjalannya waktu, terkadang gairah untuk berintim-tintim menjadi redup, bahkan padam. Ada cara agar gairah kembali bergelora. Jika Anda pernah merasakan tak bergairah untuk meladeni pasangan berintim-intim, Anda tidak sendiri. Redupnya gairah bercinta bisa dibilang wajar, karena hasrat untuk berhubungan seksual dipengaruhi oleh banyak sekali faktor. Yang menjadi masalah, jika gairah tersebut sampai benar-benar padam. Konsultan seks, dr. Ferryal Loetan, ASC&T, Sp.RM, MKes. MMR., menekankan, gairah seksual atau libido adalah keinginan untuk melakukan aktivitas seksual. Libido ini dipengaruhi oleh faktor pola pikir dan faktor hormonal. Orang yang sedang relaks atau santai pasti akan berbeda libidonya dengan orang yang sedang punya banyak pikiran atau masalah. "Faktor hormonal juga berpengaruh. Misalnya pada perempuan yang mengalami menstruasi dan masa subur setiap bulan. Pola ini akan memengaruhi libido." Gairah seksual, ujar Ferryal, sangat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Faktor fisik berkaitan dengan kesehatan tubuh secara umum. "Ini yang paling utama. Kalau tubuh sehat, gairah seksual pasti juga akan sehat," tandas dokter dari RS Persahabatan, Jakarta, ini melanjutkan. Tapi, kebalikannya, jika kondisi badan sedang mengalami gangguan (sakit), gairah seksual pasti juga akan terpengaruh (turun). "Jadi, kesehatan tubuh secara umum ini sangat penting untuk menjaga gairah seksual." Penyakit memang sangat berhubungan dengan kesehatan tubuh secara umum, dan sebetulnya hampir semua penyakit bisa menimbulkan gangguan atau menurunkan gairah. Beberapa penyakit yang sangat memengaruhi gairah seksual antara lain stroke, jantung, rematik, dan diabetes mellitus. "Kalau sampai penyakit-penyakit ini menyerang, biasanya akan menimbulkan gangguan seksual yang berat," jelas Ferryal. Faktor kedua yang memengaruhi gairah seksual adalah faktor psikologis yang berhubungan dengan faktor kejiwaan. "Misalnya kurang istirahat, stres, atau sedang mengalami banyak masalah," lanjut Ferryal. Di luar kedua faktor ini, ada pula faktor lain yang bisa menyebabkan gairah seks menurun, misalnya kejenuhan. "Biasanya kejenuhan akan menyerang pasangan yang sudah berumahtangga selama bertahun-tahun. Rasa bosan pada pasangan ini akhirnya bisa juga menurunkan gairah seksual, tapi gairah seks terhadap oragn lain tidak. Malah, bisa-bisa ke orang lain tambah bergairah." Penurunan gairah juga sangat berpengaruh terhadap hubungan suami-istri. "Biasanya, penurunan gairah seksual ini akan menimbulkan gejolak dalam rumah tangga. Yang paling berat bisa mengakibatkan perceraian, meski perceraian bukan semata disebabkan oleh faktor seks," kata Ferryal. Dampak lain yang bisa muncul adalah hubungan yang selalu diwarnai pertengkaran, selalu berantem, dan rumah tangga tak pernah tenang. PENTINGNYA FANTASI Lantas, bagaimana cara menjaga gairah seksual agar tetap stabil dan menyala-nyala? "Yang pertama tentu menjaga kesehatan fisik dan psikis. Kesehatan dijaga, sementara faktor-faktor psikologis yang muncul juga harus dihilangkan," kata Ferryal. Selain itu, ditambah dengan melakukan variasi, semisal fantasi seksual atau variasi gaya hubungan seksual. "Ini akan membantu menghindari kejenuhan," saran Ferryal. Fantasi seks akan sangat membantu seseorang mempertahankan gairah seksnya. "Dan, sebetulnya, yang namanya fantasi seks itu enggak ada batasannya, bisa kemana-mana. Jadi, wajar-wajar saja. Semua fantasi seks itu sehat, asal sebatas fantasi," jelas Ferryal. "Fantasi itu, kan, sesuatu yang diangankan, dikhayalkan, tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan yang sesungguhnya," lanjutnya. Penelitian menunjukkan, fantasi seks laki-laki biasanya lebih liar (wild) ketimbang fantasi seks perempuan. "Dari penelitian, fantasi seks laki-laki yang menduduki tempat teratas adalah fantasi melakukan hubungan seks bukan dengan pasangannya. Hubungan yang dilakukan pun hubungan yang luar biasa, berhubungan seksual dengan artis top. Bahkan, melakukan hubungan seks bertiga." Yang juga paling sering difantasikan oleh kaum pria adalah berhubungan seksual di tempat-tempat umum (taman, pantai, mobil, dan sebagainya), selain fantasi melakukan sex party. "Yang penting, selama hanya fantasi, semua ini masih wajar," kata Ferryal. Yang menjadi masalah adalah jika fantasi itu ingin direalisasikan atau ingin dinyatakan dalam kehidupan sebenarnya. "Biasanya, kan, fantasi ini hampir tidak pernah (meskipun ada) diceritakan pada pasangan, apalagi pada masyarakat Timur seperti Indonesia yang belum terbiasa dengan keterbukaan seks. Kalau ini terjadi, bisa menjadi masalah. Misalnya diceritakan ke pasangan, wah bisa-bisa pasangan cemburu, dan ujung-ujungnya berantem."

SALING TERBUKA Selain fantasi seks, yang juga bisa dilakukan adalah melakukan variasi hubungan seks. "Ini penting untuk menjaga gairah seks, sekaligus membuang kejenuhan." Faktor yang paling sering membuat pasangan suami istri jenuh adalah rutinitas dan monotonitas. Misalnya, suami pulang kerja, istirahat sebentar, malamnya berhubungan seks di kamar yang itu-itu juga, tempat tidurnya itu-itu juga, gayanya itu-itu juga, dan penampilan pasangan itu-itu juga. "Jika hubungan seks dilakukan semata hanya menjalankan rutinitas, kejenuhan akan dengan cepat muncul. Sama halnya dengan makan. Kalau setiap hari makan ayam goreng, lama-lama bosan juga, kan? Hari pertama bisa jadi sangat enak, hari kedua masih enak, tapi seminggu kemudian bosan." Tanda-tanda kejenuhan yang paling sering diperlihatkan adalah sikap pasangan yang mulai menolak setiap kali diajak melakukan hubungan seks. "Misalnya, kalau awalnya pria yang aktif mengajak hubungan, lama-lama pria tidak lagi aktif, justru istrinya yang mengajak. Akhirnya, pria berusaha menghindari. Pulang kantor tidak tepat waktu, banyak alasan yang dibuat-buat. Nah, ini bisa menjadi tanda pasangan tengah mengalami kejenuhan." Variasi hubungan seks yang bisa dilakukan sangat banyak. Dari tempat, misalnya. Kalau biasanya aktivitas seksual hanya dilakukan di tempat tidur, bisa dikembangkan kemana-mana. "Kalau belum ada orang lain di rumah, anak misalnya, bisa dilakukan di kamar mandi, kamar makan, kamar tamu, bahkan di taman rumah." Itu baru di dalam rumah, di luar rumah bisa di hotel, apartemen, dan sebagainya. "Selain tempat, gaya pun bisa dilakukan lebih variatif. Kalau biasanya hanya posisi biasa, sesekali lakukan dengan posisi atau gaya yang berbeda." Intinya, dasar dari sebuah hubungan suami-istri yang utama adalah keterbukaan dan komunikasi. "Kalau ada keterbukaan dan komunikasi di antara pasangan, biasanya semua akan lancar, termasuk dalam hal aktivitas seksual. Tapi, kalau tida, bisa-bisa menjadi masalah dan sumber malapetaka," lanjut Ferryal. Kalau sudah ada keterbukaan, "Mau melakukan variasi atau fantasi seperti apa pun nggak masalah. Tinggak ngomong dan pasangan menerima. Tentu, jangan memaksa." Yang juga penting, lanjut Ferryal, "Jangan terlalu emosional. Misalnya dalam hal fantasi seks. Kalau ada keterbukaan, kesepahaman, dan kata sepakat, fantasi seks malah bisa membuat kehidupan seks suami-istri lebih menyenangkan, lho." SAMA-SAMA PUAS Berapa kali, sih, sebetulnya hubungan seks sebaiknya dilakukan dalam sehari? "Sebetulnya tak ada patokan tertentu. Mau sehari sekali, dua hari sekali, atau bahkan seminggu sekali pun sepanjang dilakukan atas kesepakatan kedua belah phak, normal-noemal saja, kok," kata Ferryal. "Yang penting, dua-duanya menginginkan, dua-duanya mau, dua-duanya menikamati, dan dua-duanya mencapai kepuasan." Soal waktu pun idem, tak ada patokan harus berapa lama. "Dari penelitian, lama intercourse itu antara 7 - 9 menit (dari penetrasi sampai ejakulasi pada pria). Tapi itu juga bisa sangat bervariasi, tergantung kemampuan dan kekuatan masing-masing pasangan," lanjutnya. "Bagaimana mereka bisa menikmati, bagaimana mereka bisa menjalankan, sangat bisa berkembang. Bisa setengah jam, satu jam, dan seterusnya." Jadi, bukan berarti semakin lama semakin baik, atau semakin cepat kurang bagus. "Lama tapi kalau salah satu pasangan tidak bisa menikmati juga bukan hubungan yang ideal dan malah tidak menyenangkan." Hasto