Ih, Kecil-Kecil, Kok, Porno! (2)

By nova.id, Kamis, 5 Agustus 2010 | 00:58 WIB
Ih Kecil Kecil Kok Porno! 2 (nova.id)

SEGERA TEGUR

Nah, sudah paham, kan, kenapa si Buyung berbuat demikian. Jadi, Bu-Pak, janganlah si Buyung dimarahi ataupun dimaki-maki sebagai anak kurang ajar. Ia cuma ingin tahu, kok, dan kita harus menghargai rasa ingin tahunya itu. Namun demikian, bukan berarti kita membolehkannya memuaskan rasa ingin tahunya itu dengan cara menyibak rok. Si Buyung tetap harus diberikan pengarahan. Kalau tidak, tutur Henny, si Buyung nantinya benar-benar jadi kurang ajar. "Ia akan menjadi anak yang tak sopan, tak bisa menghargai orang lain, dan tak peduli dengan kepentingan orang lain."

Semakin beranjak dewasa, perilakunya itu akan semakin menjadi. Ia bisa melakukan perbuatan yang lebih parah lagi semisal mengintip orang mandi, mempermainkan orang atau ingin mencoba-coba lawan jenisnya. Jangan lupa, ingat Henny, pada dasarnya setiap anak lahir itu tak kurang ajar. "Ia justru siap diajar, Masalahnya, ada orang yang tak sempat atau tak bisa mengajarinya, sehingga ia pun lewat pagar."

Jadi, bila Bapak atau Ibu memergoki si Buyung melakukan perbuatan tersebut, saran Henny, panggillah ia dan beri tahu bahwa perbuatan itu tak sopan dan tak boleh dilakukannya. "Bila ia bertanya kenapa tak boleh, kembalikanlah pada dirinya. Katakan, 'Mama pikir, kamu sendiri tak akan suka diperlakukan begitu. Apa kamu mau jika orang lain menurunkan celana atau mengintip-intip celana kamu?'

Dengan demikian ia pun akan berpikir, 'Aku juga enggak suka, jadi kenapa aku harus lakukan itu pada orang lain?'" Selain itu, tambah Henny, "ajarkan pula agar ia minta maaf pada orang yang dibuka-buka roknya." Kemudian, kepada si teman yang roknya disibak, katakanlah, "Bila lain kali kamu diperlakukan seperti itu lagi, lapor sama Tante/Oom, ya." Dengan demikian, si Buyung tahu bahwa ada tokoh yang mengawasi dirinya sehingga ia tak bisa berbuat sembarangan. "Ia akan belajar bahwa di atas dia ada orang lain, bahwa di atas keinginannya ada sesuatu yang harus direm atau tak semua keinginannya maupun rasa ingin tahunya dapat dipuaskan dengan serta merta tanpa memandang aspek-aspek lain," tutur Henny.

Perlu diketahui, perbuatan menyibak rok juga bisa dilakukan si Buyung kepada orang dewasa seperti pengasuh atau tantenya. Jadi, si pengasuh maupun sang tante harus diberi tahu agar menegur si Buyung apabila berbuat demikian, entah kepada mereka ataupun temannya dan orang lain. Sekalipun kita tak pernah memergoki si Buyung melakukan perbuatan tersebut tapi hanya berdasarkan laporan orang lain, maka ia tetap harus ditegur. Misalnya, kita mengetahui hal tersebut dari guru "sekolah"nya. Nah, katakanlah, "Tadi Ayah di beri tahu oleh Ibu Guru bahwa kemarin Kakak menyingkap rok si Nita. Kenapa, sih, Kakak melakukannya?" Tentunya, kita harus mendengarkan alasan yang dikemukakan oleh si Buyung. Karena dari situ kita akan tahu apa sebenarnya yang ada di balik pikirannya.

Selanjutnya, beri tahu apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Namun teguran harus dilakukan sesegera mungkin setelah kejadian berlangsung maupun setelah orang tua mendapatkan laporan dari orang lain. "Makin cepat si anak diberi tahu akan semakin baik," ujar Henny. Jangan malah menundanya, sekalipun hanya beberapa jam saja. Sebab, terang Henny, "anak kecil itu pelupa. Diberi tahu pun akan segera lupa."

Itulah mengapa si Buyung bisa saja melakukannya lagi keesokkan harinya. Bukan lantaran ia bandel dan melupakan wejangan orang tua, tapi karena ia benar-benar pelupa. Makanya orang tua wajib terus mengingatkannya. Lagipula, bukankah pada anak kecil cara belajarnya melalui pengulangan-pengulangan, terus menerus diberi tahu? Tentunya, bila si Buyung sudah mengurangi atau bisa menghilangkan kebiasaannya itu, jangan lupa untuk memberinya pujian dan penghargaan.

Sebaliknya, jika ia mengulangi lagi perbuatannya, berilah hukuman, "tapi jangan beri hukuman yang berupa pukulan, ya. Cukup dengan menegurnya atau memarahinya lagi." Misalnya, "Bunda, kan, sudah bilang tidak boleh." Atau, bisa juga dengan cara ia tak boleh keluar rumah, tak boleh menonton film kesayangannya di TV, dan sebagainya. "Pokoknya, mengurangi kesenangannya," tandas Henny.

PENDIDIKAN SEKS

Yang tak kalah penting dalam mengatasi masalah ini, lanjut Henny, ialah memberikan pendidikan seks kepada anak. "Karena kebiasaan ini juga terpupuk akibat kurangnya pengarahan dari orang tua," terangnya. Kadang, lanjutnya, orang tua lupa untuk mengajarkan pendidikan seks sejak dini kepada anak.

"Dianggapnya karena anak masih kecil, maka hal itu tak perlu diajarkan. Toh, nanti kalau sudah besar akan tahu dengan sendirinya. Padahal tak bisa begitu. Orang tua tetap harus memberi pendidikan seks yang disesuaikan dengan perkembangan usia anak." Pendidikan seks bisa dimulai sejak anak mulai mengerti bahwa saya lelaki dan kamu perempuan. "Pertama kali mungkin dengan cara memperkenalkan alat reproduksi masing-masing dulu."