Tak usah marah bila memergoki si Buyung tengah menyibak rok teman perempuannya. Ia tak bermaksud kurang ajar,kok, tapi lebih karena dorongan rasa ingin tahunya
Memang, menyibak rok untuk melihat "isinya" merupakan perbuatan tak sopan. Si pelaku pasti akan mendapat amarah dari sang "korban" maupun orang-orang di sekelilingnya yang melihatnya, sekalipun pelakunya adalah seorang bocah berusia balita. Bahkan, Bapak dan Ibu pun boleh jadi akan marah bila melihat si kecil berbuat demikian. Hal ini bisa dipahami, karena Bapak dan Ibu tentunya merasa malu, takut dianggap tak bisa mendidik anak dengan baik. Iya, kan!
Sebenarnya, perbuatan menyibak rok yang dilakukan si kecil merupakan hal yang wajar. Maksudnya, seperti dituturkan Dra. Henny L. Wirawan, M. Hum, kasus tersebut memang kerap terjadi pada anak lelaki usia 3-5 tahun. "Biasanya sering terjadi di 'sekolah' atau di play group-nya, karena di sana banyak teman-temannya yang memakai rok," terang pembantu dekan I Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ini.
Tapi jangan salah, lo. Perbuatan itu dilakukan si Buyung bukan karena ia bandel atau kurang ajar maupun karena ada kaitannya dengan nafsu seksual. Lain halnya pada anak lelaki usia remaja. Ada, kan, remaja putra yang iseng mengintip celana dalam teman perempuannya dengan cara menaruh cermin kecil di sepatunya. Nah, keisengannya ini, menurut Henny, dilandasi oleh nafsu seksual. "Isengnya kumat karena dorongan seksual yang berkembang dengan adanya faktor hormonal."
KARENA INGIN TAHU
Anak usia 3-5 tahun, terang Henny, penuh dengan inisiatif karena rasa ingin tahunya sangat besar, sehingga ia ingin belajar dan melakukan banyak hal. Apalagi di usia ini anak juga sudah mendapatkan gender identity. "Ia sudah tahu bahwa saya lelaki dan kamu perempuan. Saya punya bentuk badan seperti ini, modelnya seperti ini, dan saya ingin tahu kalau anak perempuan itu bagaimana." Nah, untuk memenuhi rasa ingin tahunya itu, salah satunya ialah dengan menyibak rok tadi. Terlebih lagi bila si Buyung adalah anak tunggal atau semua saudaranya berjenis kelamin sama dengannya. "Ia tak menemukan contoh, kayak apa, sih, anak perempuan itu, sehingga muncullah rasa ingin tahunya."
Selain itu, aspek peniruan juga berperan penting dalam memupuk kebiasaan si Buyung ini. "Mungkin orang tuanya di rumah terlalu blak-blakan. Ia pernah melihat orang tuanya memberi contoh demikian kepadanya." Karena itu, pinta Henny, orang tua harus sadar bahwa dirinya akan selalu dicontoh oleh anak. "Jadi, berilah contoh yang baik, jangan buka-bukaan atau vulgar-vulgaran dalam berpakaian." Bisa juga karena faktor observasi. "Apakah temanku yang perempuan seperti itu juga. Atau bisa juga keluarganya malah selalu bilang malu, tabu, sehingga ia merasa ada sesuatu yang aneh. Ada apa, sih? Timbullah rasa ingin tahunya."
bersambung
Indah Mulatsih/nakita