Kita tentu tak mungkin membiarkan si kecil hidup dalam dunia yang sunyi. Kalaupun gangguannya amat berat dan tak bisa disembuhkan, baik dengan obat-obatan maupun operasi, masih ada cara lain yang bisa ditempuh, yaitu memakai alat bantu dengar (hearing aid). Yang penting, jangan anggap alat bantu tadi sebagai tanda kecacatan, melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Sehingga dengan cara ini Anda bisa membantu si kecil mengatasi gangguannya.
Banyak pilihan yang ditawarkan. Ada yang berbentuk pocket, di belakang telinga, bisa dimasukkan ke liang telinga luar, dan sebagainya. Apa pun bentuknya, alat bantu dengar berfungsi untuk memperkeras suara yang dihantarkan lewat udara. Gelombang suara akan diterima oleh mikrofon mungil, diperkeras oleh amplifier kecil yang ada di dalam alat bantu dengarnya. Gelombang bunyi tersebut diteruskan ke rangkaian gendang telinga. Lalu dilanjutkan ke rumah siput dengan tujuan suara yang diperkeras tersebut dapat mencapai ambang pendengaran yang cukup tinggi pada si kecil.
Untuk gangguan pendengaran yang lebih parah, ada alat yang disebut cochlear implant. Alat ini "ditanam" di belakang telinga lewat cara operasi. Berbeda dengan alat bantu dengar biasa, cochlear implant mempunyai alat pengolah suara yang mengubah suara menjadi kode-kode (speech processor). Kode suara itu dihantarkan lewat kabel ke alat yang ditempelkan di bagian belakang telinga, lalu dihantarkan langsung ke saraf pendengaran, kemudian ke otak. Dengan begitu, si pemakai bisa mendengar suara dengan kualitas yang lebih baik.
Riesnawiati Soelaeman/nakita
Curiga Itu Perlu
Sebagai orangtua, waspadalah pada setiap kelainan, sekecil apa pun. Masalah pendengaran bukanlah masalah yang bisa dianggap sepele. Sejak bayi, kelainan telinga bisa dideteksi. Sebab itulah kita patut curiga jika bayi kita:
* Tidurnya sangat nyenyak. Tidak terganggu oleh suara-suara gaduh di sekitarnya. Jangan percaya omongan orang dengan meletakkan bantal di sekeliling bayi agar tidurnya nyenyak. Bayi yang terbangun karena suara gaduh adalah wajar. Sebaliknya, jika ia anteng saja, Anda harus curiga.
* Jika sudah agak besar, ia bersikap tak acuh saja ketika mendengar suara mainan, bel pintu, atau musik yang dipasang.
* Belum bisa mengucapkan kata-kata sederhana, seperti mama, papa, dada, dan sebagainya, di usianya yang ke 12-18 bulan.
* Di atas usia 2 tahun, anak cenderung membesarkan suara tape atau televisi.
* Baru memberi respon setelah dipanggil berulang-ulang.
* Pada waktu bicara, si kecil cenderung melihat gerak bibir kita untuk menangkap apa yang kita utarakan.