Bijak Konsumsi Makanan Instan (2)

By nova.id, Jumat, 21 Agustus 2009 | 17:08 WIB
Bijak Konsumsi Makanan Instan 2 (nova.id)

Sebabkan KonstipasiNah, kurangnya serat pada makanan instan ini juga kerap dituding sebagai penyebab anak sulit BAB. "Prinsip kerja organ pencernaan, terutama usus, membutuhkan sesuatu yang membuatnya berkontraksi dan melakukan gerakan peristaltik!" terang Endang.

Bila anak hanya mengonsumsi makanan instan tanpa disertai sayuran, maka sisa atau hasil akhir dari pencernaan akan relatif sedikit di dalam usus bagian bawah. Akibatnya, gerakan peristaltik akan melambat dan kekurangan rangsang untuk BAB.

Padahal, kerja usus bagian bawah juga menyerap air yang ada di dalam sisa makanan. Bayangkan bila sisa makanan tadi sudah berada di sana berhari-hari. Berarti tubuh menyerap kembali sisa cerna makanan yang sudah membusuk. Dan itu sama saja dengan memasukkan racun ke dalam tubuh.

Kebiasaan ini akan meningkatkan risiko kanker pencernaan, di kemudian hari. Selain risiko kanker, dampak lang­sung dari mengonsumsi makanan instan yang sudah pasti adalah konstipasi.

Akibat sisa makanan yang terus menerus berkurang kandungan air­nya dan tidak dikeluar­kan, kotoran akan men­jadi lebih keras. Proses ini menyebabkan kotoran keras, serta menimbulkan sakit atau lecet ketika dikeluarkan.

Kebanyakan jalan pintas yang diambil, dengan menggunakan obat pencahar. Obat pencahar pun sebenarnya juga berisiko. Bila terbiasa digunakan, lama-lama kemampuan peristaltik usus bagian bawah bisa berkurang dan jadi ketergantungan. Tanpa obat pencahar, seseorang akan jadi sulit BAB. Tak Perlu DilarangLantas bagaimana bila anak sudah terlanjur menyukai makanan instan? Saran Endang, jangan langsung semena-mena melarang anak mengonsumsinya. Larangan yang dilakukan orangtua bisa jadi malah membuat anak diam-diam jajan di luaran.

Jika sudah demikian, tentu akan lebih meningkatkan risiko mengonsumsi makanan yang tak sehat. Sebaiknya, hindari melarang anak makan makanan instan. Cukup jadwalkan saja kapan anak bisa mengonsumsi makanan tadi, misalnya seminggu sekali, 2-3 minggu sekali, atau sebulan sekali.

Dan jangan lupa untuk tetap memperkenalkan makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan. Misalnya, dengan memberikan makanan instan lengkap dengan lebih banyak menu sayuran di dalamnya.

Laili Damayanti