Sayang, Main, Yuk!

By nova.id, Senin, 8 Februari 2010 | 17:09 WIB
Sayang Main Yuk! (nova.id)

Sayang Main Yuk! (nova.id)

"Rohedi/nakita "

Siapa bilang bayi tak bisa diajak bermain? Dan itu tak hanya membuatnya senang tapi sekaligus memberi rangsangan bagi tumbuh-kembangnya.

Jika bayi Anda tak tidur, ia pasti akan bermain. Dari menggerakkan jemarinya sampai memasukkan jari kaki mungilnya ke dalam mulutnya. Ia asyik bermain sendiri. Jika diajak main ibu/ayahnya, tangan mungilnya akan berusaha menggapai wajah ayah atau dengan kuat menggenggam jari-jari bundanya.

Kehidupan bayi memang tak bisa dilepaskan dari bermain. Sebab, bermain sangat penting untuk tumbuh-kembangnya. Antara lain, mengembangkan kemampuan pancaindera dan berbagai keterampilan fisik, mengenal orang dan benda di lingkungannya. Juga, bermain menimbulkan kegembiraan. Jika tak ada kesempatan bermain, ia akan bosan dan menangis untuk memperoleh perhatian.

Menurut doktor psikologi Mimi Patmonodewo, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum mengajak si kecil bermain. Pertama, ketahui ciri-ciri bayi atau tahapan tumbuh-kembangnya mulai dari 0-1 tahun. Sebab, "Konsepnya untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan dalam dirinya, baik kecerdasan, moral, sosial maupun fisik. Jadi, setiap kegiatan bermain maupun alat permainan pada bayi harus selalu diarahkan pada pengembangan aspek-aspek tersebut," jelas staf pengajar di Fakultas Psikologi UI ini.

Kedua, perhatikan kesehatan dan gizi bayi sebelum secara intensif mengajak ia bermain. Menurut Mimi, hal-hal yang bersifat psikologis adalah beyond. Jadi harus didahului oleh kesehatan dan gizi. "Memang betul psikologi penting. Tapi pada usia bayi, yang lebih diutamakan adalah kesehatan dan gizi. Jadi, kita harus yakin anak dalam kondisi sehat dan gizinya baik, baru bisa diajak main. Bila ia tak sehat, diajak main apa pun, ya enggak bisa," tutur Mimi.

Ketiga, sadarilah, tiap bayi berbeda. Ada yang cengeng, susah, tapi ada juga yang gampang. "Perbedaan ini tak bisa dihindari karena perkembangan anak bukan hanya dipengaruhi faktor pengasuhan, juga faktor pembawaan," jelas Mimi.

Dan terakhir, jangan lupa tekankan faktor fun dalam bermain. "Bukan hasil akhir yang dipentingkan," tegas Mimi. Misal, ibu mengajak bayinya yang berusia 10 bulan bermain balok dan berharap si bayi menyusun berselang-seling sesuai warna yang ditunjukkan ibu. Tapi si kecil tak menuruti petunjuk itu. Nah, jangan paksakan anak menuruti "aturan" Anda. Jika ia bisa bicara, mungkin ia akan berkata, "Saya mau susun yang hijau dulu karena hijau lebih bagus." Jika Anda tetap memaksakan kehendak, bisa-bisa si kecil frustrasi dan mogok, tak mau diajak main lagi.

Julie Erikania/nakita