Sudah Siapkah si Kecil 'Sekolah'? (1)

By nova.id, Senin, 14 Desember 2009 | 19:17 WIB
Sudah Siapkah si Kecil Sekolah 1 (nova.id)

Memasuki kelompok bermain (KB) merupaka suatu tonggak sejarah yang paling penting dalam kehidupan balita Anda. Tetapi benarkah ia telah siap mental untuk itu? Setiap anak mengalami proses tumbuh-kembang yang berbeda-beda. Umumnya memang di usia sekitar 3 tahun. "Tetapi tetap saja tak ada patokan yang pasti," kata ahli. Justru Andalah yang bisa menentukan, apakah si kecil sudah siap atau belum.

Seorang pimpinan KB menyarankan para Ibu untuk tidak memaksakan balitanya memasuki KB sebelum yang bersangkutan benar-benar siap. Lebih-lebih kalau tujuannya adalah agar para Ibu memiliki banyak waktu bagi diri mereka sendiri atau karena Ibu tidak mau terus-menerus meninggalkan anak di rumah hanya bersama pembantu sementara si Ibu bekerja. Kalangan pengelola KB bisa memahami keinginan para Ibu itu. Tetapi kalau seorang balita dimasukkan KB sebelum dia benar-benar siap mental, hal itu malah membawa dampak negatif.

Mereka menganjurkan para Ibu untuk membentuk kelompok kecil bersama kawan-kawan dekat yang punya anak sebaya dan bergiliran momong anak-anak itu. Dengan demikian, balita jadi terbiasa terpisah dengan ibunya, tetapi masih dalam suasana "rumahan" dengan curahan perhatian penuh terhadap dirinya.

Tak pelak lagi, perintang terbesar bagi kesiapan balita Anda ialah tidak mau ditinggal ibunya. Seorang psikolog akan menekankan pentingnya untuk menerangkan sejelas mungkin pada si anak tentang keharusan berpisah selama beberapa jam dari diri Anda. Kondisikan dan jelaskan jauh-jauh hari sehingga si kecil tidak "kaget". Bisa juga dengan cara membawanya ke KB yang akan dimasukinya untuk berkenalan dengan para guru dan pengelola lainnya.

Carilah bahan bacaan bergambaryang memuat cerita tentang suatu KB atau TK. Bacakan kisah itu pada balita Anda. Dengan demikian dia mendapat pengertian bahwa masuk suatu KB merupakan suatu prosesyang harus dijalani dalam hidup ini.

Tapi tak jarang pula, persoalannya terletak pada orang tua daripada di balita sendiri. "Sama sekali tidak bijaksana kalau ayah dan (terutama) ibu berulang kali mengatakan kepada si anak agar tak perlu takut, nanti dijemput lagi, dan sebagainya," demikian kata ahli. Yang lebih parah lagi, bila janji itu ternyata tak ditepati sehingga si anak pun kehilangan kepercayaan dan akhirnya "mogok" sekolah.

Dewasa ini tidak sedikit KB yang bersedia menerima balita mulai dari 2,5 tahun. Namun menurut pengelola KB, ada anak-anak yang belum siap di usia sedini itu. Karena itu, ada baiknya orang tua melakukan semacam uji coba dengan memperkenalkan balitanya ke rumah kenalan yang mempunyai anak sebaya dan membiasakannya untuk bermain bersama. Amati bagaimana dia bermain dan bergaul. Misalnya, bisakah ia dengan cepat bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru? Atau ia nempel terus pada ibunya.

Dok. NOVA