Masih menghitung berapa jam yang diluangkan untuk keluarga? Meski kuantitas pegang peranan, hitung juga kualitas pertemuan dengan keluarga.
Jika dua aspek ini disatukan, hasilnya tentu akan lebih maksimal. Lalu, bagaimana menyeimbangkannya dengan kesibukan di luar seperti bekerja, melakukan hobi atau menuntut ilmu?
Ingat, sesuatu yang berharga dimulai dari hal kecil. Misalnya, makan bersama keluarga. Riset membuktikan kalau makan bersama berdampak positif bagi perkembangan anak.
Komunikasi LancarDuduk bersama dalam satu meja sambil menyantap makanan, selalu memancing obrolan. Seperti menanyakan kabar, pekerjaan rumah anak, hingga merencanakan sesuatu untuk keluarga, terjadi dengan mudah pada momen ini.
Dari percakapan ringan komunikasi pun terjalin. Lalu, muncullah perasaan saling memiliki dan keharmonisan. Informasi mengenai apa yang terjadi pada anggota keluarga didapat dan satu sama lain akan terperhatikan. Juga muncul kehangatan, kepercayaan, rasa aman, hingga rasa memiliki yang muncul. Oh ya, hindari makan bersama dibarengi dengan menonton televisi, ya.
Asah Perilaku PositifMakan bersama keluarga adalah kesempatan sempurna untuk mengajarkan sopan santun. Bagaimanapun, sikap seseorang di meja makan, sangat mempengaruhi perilaku juga kemampuan bersosialisi.
Ajari anak berlaku sopan dengan mencontohkannya. Misalnya, tidak memangku tangan di meja makan atau berdecap ketika menguyah. Lakukan dulu oleh diri sendiri, minta anak mengikuti, dan hindari kritik dengan kata-kata kasar.
Penelitian juga menyimpulkan remaja yang keluarganya rutin makan bersama 5 kali atau lebih dalam seminggu, cenderung terhindar dari kebiasaan buruk. Seperti konsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, rokok, dan depresi.
Astrid Isnawati/Nova