Women Across Borneo: Kunjungan ke Keraton Ismahayana

By nova.id, Kamis, 11 April 2013 | 05:09 WIB
Women Across Borneo Kunjungan ke Keraton Ismahayana (nova.id)

Bermalam di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, rugi rasanya jika tak plesir ke cagar budaya tertua di Kalimantan yakni Keraton Ismahayana. Keraton yang bangunannya didominasi warna kuning dan hijau itu pasti mencuri perhatian karena posisinya tepat di sisi jalan raya Landak. Keraton yang masih berkaitan dengan silsilah Kerajaan Majapahit itu terdiri dari beberapa bagian bangunan dan masjid dengan warna senada yang mencolok.Tabloidnova.com bersama tim ekspedisi Women Across Borneo berkesempatan untuk bertamu ke kerajaan tertua di bumi Borneo itu pada Rabu (10/4) sebelum bersepeda. Memiliki halaman yang amat luas, Keraton Ismahayana seolah mempersilahkan siapapun yang ingin berkenalan dengan masa lampau Kalimantan. Di bagian depan, terdapat meriam yang dulunya aktif digunakan. Beberapa bagian meriam itu sudah ada yang terkoyak akibat peperangan atau dimakan jaman.Memasuki ruang utama, terdapat ruang tamu di sisi kanan dan kiri. Di bagian tengah terdapat sebuah meriam. Di dinding keraton itu dihiasi oleh foto-foto raja yang pernah menghuni Keraton Ismahayana. Di dinding yang sama terpampang pula silsilah keluarga dan sejarah. Putra tertua salah satu Ratu Majapahit yakni Brawijaya Angkawijaya bertolak ke Ngabang (sekarang Kota Landak). Putranya bernama Raden Sumantri itu kemudian menikah dengan warga setempat, dan lahirlah Raden Ismahayana, yang menjadi nama keraton hingga sekarang.Keraton Ismahayana berdiri sejak abad 14 dan masih kokoh sampai sekarang. Bangunan ini tersusun dari kayu ulin (sebutan untuk kayu besi), jenis kayu langka dan hanya ditemukan di beberapa hutan di Kalimantan. Beranjak ke tengah, terdapat sebuah aula yang tak terlalu besar berisi kursi kebesaran raja berwarna kuning keemasan lengkap dengan dua buah meriam di samping kanan dan kirinya.Tak jauh dari ruang tengah, berdiri sebuah kamar tidur raja yang didalamnya terdapat sebuah peraduan, rak buku bacaan, serta setelan pakaian yang masih tergantung rapih. Di sisi sampingnya terdapat ruang penyimpanan benda-benda peninggalan jaman kerajaan. "Ada guci, keris, tiang tempat tidur, alat musik, dan perhiasan sisa kerajaan yang masih bisa diselamatkan," kata sang juru kunci, Gusti Mahidin (38).Menurut cerita yang didapat tabloidnova.comdari sang kuncen, raja terakhir bernama Pangeran Ratu Gusti Abdul Hamid yang wafat pada tahun 1943, dibantai oleh tentara Jepang dalam peristiwa Mandor. Dia adalah raja ke-27, salah satu putra Kalimantan terbaik yang pernah memerintah. Saat Indonesia menjadi republik dan sistem kerajaan dihapuskan, yang memimpin Kerajaan Ismahayana saat ini adalah Dr. Ir. H. G Hardiansyah MSc QAM. Sekarang ia tinggal di Pontianak dan berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas terkemuka di Kalimantan.Okki