Menjaga mulut tetap baik selama berpuasa memang penting. Ibarat kata pepatah, "Mulutmu, harimaumu!" Bila perkataan dan kesehatan mulut tak dijaga, tentu akan merugikan diri sendiri.Berpuasa tak sekadar menahan lapar, tapi juga menjaga diri dari perilaku tercela. Bahkan, berbuat baik di bulan Ramadhan telah dijanjikan pahala yang berlipat ganda oleh Tuhan. Sehingga, tak heran setiap orang akan berlomba memperbaiki sikap dan perilakunya di bulan ini.
Berbuat baik juga bisa dilakukan lewat mulut. Menjaga perkataan, memberi semangat, mengucapkan kata-kata yang menentramkan hati, menginspirasi dalam mencari jalan keluar, hingga sekadar memberi senyum yang menyenangkan kepada orang-orang di sekitar, merupakan perbuatan yang mendatangkan pahala.
Namun, apa jadinya bila niat berbuat baik ini terhalang bau mulut tak sedap. Menjaga kesehatan mulut dan perilaku, penting dimiliki di bulan yang penuh rahmat ini. Nah, berikut kiat dari sejumlah pakar agar Si Kecil memiliki mulut yang baik di sepanjang bulan yang baik ini.
Menjaga PerkataanUngkapan "anak-anak adalah peniru yang baik" sebaiknya perlu diperhatikan para orang tua. Terutama pada anak usia di bawah 6 tahun (usia pra sekolah), yang belum paham betul sikap yang ditirunya dari lingkungan.Seringkali mereka menirukan perkataan maupun perilaku yang kurang baik, hingga menyakiti orang di sekitarnya. Dan orangtua pun merasa kecewa dengan perilaku anaknya ini.
Menurut Titi P. Natalia, staf pengajar program Magister Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta, ketika menemui anak mengatakan hal kurang baik, orangtua jangan buru-buru menganggapnya nakal dan berperilaku negatif. Sebaiknya tanyakan alasan dan pemahamannya akan perkataan yang baru saja diucapkannya.
Anak yang berkata kurang baik belum tentu bermaksud seperti apa yang dikatakannya. Bisa jadi ia sekadar menirukan perkataan orang dewasa, tayangan teve, siaran radio, teman bermain, atau sumber lain, tanpa paham maksud yang sebenarnya.Jika demikian, jangan mengisolasi anak dari pengaruh buruk lingkungan yang harus dilakukan. Bekali dengan pemahaman dan logika berpikir yang baik, akan lebih efektif dilakukan.
Sehingga, sekalipun ia berinteraksi dengan lingkungan yang memberi pengaruh buruk, ia tak akan begitu saja mengikuti dan menjadikannya kebiasaan. "Biar bagaimanapun, kita tak bisa mengubah begitu saja lingkungan di sekitar anak. Di manapun anak bergaul, akan selalu ada anak-anak yang baik dan kurang baik," ujar Titi.
Untuk menanamkan perilaku baik kepada anak, tentu harus dimulai dari kebiasaan dalam keluarga. Seperti hubungan ibu dan ayah yang baik, komunikasi orangtua - anak yang baik, pendidikan moril dan agama yang baik, merupakan modal awal bagi anak untuk punya perilaku dan perkataan yang baik sehari-hari.
Dan tanamkan pemahaman, anak-anak memang sedang dalam proses belajar dan beradaptasi. Sehingga, seburuk apapun perilakunya, selalu masih ada peluang untuk diperbaiki. "Jangan buru-buru menghardik atau memarahi anak yang tiba-tiba mengumpat. Apalagi melarangnya bermain dengan teman yang membuatnya belajar mengumpat. Justru itu akan membuat anak menutup diri dan mengulangnya di lain hari," Titi mengingatkan.Laili Damayanti