Obesitas Pada Anak

By nova.id, Senin, 13 Juli 2009 | 23:19 WIB
Obesitas Pada Anak (nova.id)

Dokter Waldi yang terhormat, Saya punya dua orang anak. Yang pertama perempuan berusia 6,5 tahun dengan berat 39 kg dan yang kedua laki-laki berusia tiga tahun dengan berat 34 kg. Yang menjadi permasalahan kami adalah dengan pertambahan berat anak kami yang kedua. Waktu lahir beratnya normal (3,5 kg). Karena nafsu makannya besar tiap bulan kenaikannya 1-2 kg. Dari usia 8 bulan dia kami kasih makan nasi beras merah, sayur, ikan yang semuanya diblender. Dan setiap pukul 10 pagi diberi buah yang diblender juga. Pola makan seperti ini berlangsung sampai dia berusia 1,5 tahun. Dari bayi dia tidak pernah kenal ASI karena pada waktu pertama dikasih tidak lama kemudian diare (satu jam BAB sampai 5-6 kali) dan oleh dokter anak disarankan untuk berhenti ASI dulu. Begitu dia tidak kena diare lagi diberi ASI lagi kemudian diare lagi. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak diberi ASI lagi dan diganti dengan susu formula. Kami pernah ke ahli gizi dan disarankan untuk mengubah pola makan. Sampai sekarang telah kami jalankan tetapi tidak ada hasilnya. Untuk perkembangan motorik dan kecerdasannya tidak ada masalah. Walaupun dia gemuk tetapi suka lari-lari dan bermain sesuai dengan usianya. Dia bisa jalan dan lancar bicara waktu berusia 1,5 tahun. Untuk kecerdasannya termasuk bagus karena sekarang dia sudah mengenal beberapa huruf dan cepat menangkap kata-kata baru. Yang menjadi kekhawatiran kami yaitu kami takut dia terkena diabetes (kencing manis) karena pernah kami lihat bekas air pipisnya dikerubuti semut (air seninya manis?). Mungkinkah anak kecil terkena diabetes? Dari pihak saya ada kemungkinan itu (faktor keturunan). Saya takut nanti di usia dewasa dia terkena penyakit itu karena obesitasnya. Ny. Upi- Purwakarta Ibu Upi di Purwakarta, Trenyuh saya mendengar bahwa dokter anak ibu mengkambing-hitamkan ASI sebagai penyebab diarenya sehingga ibu menghentikan penggunaan ASI. Sejauh yang saya ketahui belum pernah ada diare yang disebabkan oleh ASI, bahkan WHO menyarankan ASI tetap diteruskan pada bayi yang mengalami diare. Ibu pernah mendengar sebuah lagu kanak-kanak yang syairnya seperti itu bukan? Aku Anak Sehat nama lagunya. Syair itu tetap berlaku hingga kini. Berat berlebih memang akhir-akhir ini mulai menjadi sorotan para dokter, sebab kasusnya dari tahun ke tahun semakin bertambah saja. Gemuk memang kelihatan makmur tetapi tidak selalu berarti sehat. Makin gemuk seseorang makin tidak sehat ia dilihat dari segi kesehatan. Usia 3 tahun semestinya beratnya sekitar 14,5 kg. Gemuk biasanya disebabkan karena tumpukan kalori atau bahan bakar yang tidak digunakan oleh pemiliknya. Bahan bakar berlebih ini ditimbun dalam bentuk lemak di bawah kulit. Bukan saja di bawah kulit, bahkan di mana saja. Otomatis timbunan bahan bakar ini membuat berat badan lebih dari semestinya. Banyak sekali akibat yang ditimbulkan oleh tumpukan ini bagi fungsi tubuh sehari-hari. Kulit yang berlipat-lipat mengundang perubahan pada struktur kulit. Tulang tungkai yang menyangga badan atasnya yang begitu berat juga berubah (bengkok). Bahkan jalan udara pun bisa terganggu kelancarannya akibat timbunan lemak di sekitar jalan napas. Bahan bakar yang berlebih ini juga membebani kerja beberapa bagian tubuh, misalnya kelenjar ludah perut atau yang dikenal sebagai pankreas. Ini yang kemudian dapat menimbulkan persoalan serius ketika ia dewasa. Pankreas mengolah gula (karbo hidrat) yang berlebihan untuk disimpan sebagai cadangan makanan. Kalau ia bekerja terlampau berat bertahun-tahun maka kemampuannya mengolah gula yang berlebih itu menurun sebelum waktunya dan gula di dalam darah tak semua tersimpan rapi. Faktor keturunan amat berperan dalam keadaan ini. Gula di dalam darah jadi tinggi dan gula ini berpotensi merusak jaringan tubuh bila dibiarkan berlama-lama. Sudah banyak contoh jenis kerusakan yang terjadi akibat gula yang tinggi dalam darah ini, mulai kulit, syaraf, mata, ginjal, jantung bahkan otak. Biasanya awal mula keluhan yang sering terlihat pada seseorang yang gula darahnya tinggi adalah makin seringnya timbul rasa haus, rasa lapar dan keinginan buang air kecil. Gula yang tinggi membuat air kemih juga mengandung gula, yang kalau tercecer bisa mengundang semut mencicipinya. Adakah keluhan itu tampak pada anak ibu? Ada baiknya ibu selalu teratur memeriksakan gula darah dan urinnya. Mengatasi berat berlebih dengan diet adalah benar, tetapi biasanya pelaksanaannya yang berantakan karena aturan main dilanggar. Jadinya saya bingung dengan pernyataan ibu yang mengatakan bahwa instruksi diet tidak ada hasilnya. Instruksinya yang salah atau pelaksanaannya yang keliru? Diet seseorang untuk menurunkan berat badan biasanya meminta makan dengan aturan main yang ketat yang sulit diterapkan oleh pola hidup masyarakat kita yang segala sesuatunya longgar saja. Sayangnya tak mungkin berat badan berlebih pada anak diturunkan dengan obat, seperti yang didengungkan untuk orang dewasa. Bagus anak ibu suka lari-lari untuk membakar kalori berlebihnya, tetapi lari-lari berapa lama? Olahraga jelas merupakan pasangan diet yang serasi, yang amat penting dalam pencapaian berat badan ideal untuk anak dengan kelebihan berat badan. Akan lebih baik bila olah raga dilakukan dengan teratur, syukur-syukur dilakukan bersama keluarga, jadi ia bisa melihat contoh bahwa keluarganya pun bersemangat membakar kalori sambil mendapatkan kebugaran. Sia-sia kalau menginginkan anak lari-lari atau berolah raga tetapi kita -kaum yang tua- tergolek di kursi malas menonton televisi sambil merogoh isi toples. Anak kecil tetap dapat terserang diabetes. Faktor keturunan berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya diabetes pada anak. Jadi sebelum semuanya kasep, tolong atur kembali pola makan anak ibu agar beratnya lebih sesuai dengan usianya sembari tak lupa memeriksakan darah dan urinnya ke laboratorium.