Jangan Curang Dong, Sayang!

By nova.id, Jumat, 15 Agustus 2008 | 02:30 WIB
Jangan Curang Dong Sayang! (nova.id)

Kebanyakan anak, terutama anak di bawah 7 tahun, suka berbuat curang karena menurut mereka yang penting adalah menang, bukan menikmati permainan. Anak akan merasa dirinya hebat jika berhasil memenangkan sebuah permainan.Di sisi lain, sebagai orang tua, kita ingin buah hati kita berhasil, tetapi tidak dengan cara yang curang. Bagaimana cara mengajarkannya agar tidak berbuat curang? Berikut langkah-langkah yang bisa Anda lakukan.*Pancing rasa empatinyaMulai usia 5 tahun, anak sudah mulai dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Jelaskan padanya, bila dia tidak mengikuti aturan permainan, hal itu akan membuat teman bermainnya merasa tidak nyaman. Ingatkan dia bahwa bila semua orang berbuat curang, permainan jadi tidak asyik.*Beri penjelasanBerikan gambaran, bahwa kemenangan akan batal alias tak ada artinya jika didapatkan melalui kecurangan. Bila dia mengubah cara memutar dadu pada saat Anda bermain dengannya, misalnya, jelaskan, mungkin dia akan mendapat nilai yang lebih tetapi dia tidak menang karena tidak mengikuti aturan permainan. Dengan membatalkan penghargaan bagi pemenang yang curang, anak akan cenderung urung berbuat curang.*Nikmati permainanTekankan bahwa keasyikan bermain terletak pada permainan itu sendiri, bukan pada siapa yang memenangkannya. Cara termudah untuk mengajarkannya, misalnya dengan mengatakan, "Bila kamu kalah, tak perlu menyesal atau menangis." Tambahkan pula, Anda amat menikmati bermain dengannya. Dan selama melakukan permainan, hindari kata-kata seperti, "Mudah-mudahan Mama menang kali ini," atau, "Wah, Ibu ketinggalan angka." Jangan memikirkan hasil siapa yang menang atau kalah, tetapi lebih baik memusatkan perhatian pada apa yang Anda dan anak lakukan pada saat itu. Kalimat-kalimat seperti, "Nah, yang barusan itu, pukulanmu bagus sekali!" membantu anak untuk menikmati permainan tenisnya.*Beri pujianCari jalan untuk membantu anak merasa kompeten akan hal-hal lain selain yang dikenalnya di dalam kehidupannya. Puji kemampuannya naik sepeda atau kagumi keterampilannya melukis. Jika rasa percaya dirinya semakin bertambah, semakin berkurang pula perasaannya untuk harus memenangkan permainan (yang bila perlu akan dilakukannya dengan berbuat curang).*Jangan dicemoohHindari ejekan atau kata-kata yang mengandung "cemohan" jika kebetulan anak kalah. Jangan, misalnya, berujar, "Wah, kamu payah!" Lebih bijaksana jika Anda mengatakan, "Taktik kamu sudah bagus tapi harus lebih ditingkatkan lagi dengan cara banyak berlatih." Hal ini akan membuat anak semakin bersemangat untuk mempelajari teknik permainan dan bukan mencari akal alias menghalalkan segala cara agar menang.SEBERAPA SERING HARUS "NGALAH"?Jangan pernah "mengalah"! Walaupun anak masih duduk di bangku TK, mereka cukup tahu bahwa ada kemunkinan dia tak menjadi pemenangnya. Mengubah peraturan permainan agar anak menang, bukan merupakan cara yang baik. Biarkan anak merasakan kekalahan. Ini membantunya belajar bagaimana dapat melakukan permainan dengan adil dan menerima kekalahan dengan lapang dada. Biarkan dia kalah sehingga ia belajar dan kahirnya dapat menerima kekalahan.Daripada mengubah aturan main agar anak menjadi pemenangnya, cari permainan yang dapat dilakukannya dengan adil. Atau, ajak anak untuk bermain secara kooperatif di mana Anda mengajak dan mengajarkannya bekerja bersama, bukan berkompetensi. Ini akan membantu anak memahami nilai dari suatu kerjasama, sekaligus mengajarkannya bahwa ia tak selalu harus jadi pemenang.< Dokumen Nova >