Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk bereaksi dengan kadar emosi yang cukup? Berikut strategi yang bisa menyelamatkan kita dari naik-turunnya emosi secara ekstrim.
Let it outTidak ada salahnya untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, karena emosi yang dipendam hanya akan membentuk bottled up feelings. Perasaan yang terpendam justru akan menjadi bom waktu. Tapi tidak semua orang masuk dalam tipe ekspresif, untuk itu menumpahkannya dalam bentuk tulisan adalah alternatif yang bisa dipilih.
Count to tenEmosi memiliki power-nya sendiri. Gejalanya hanya satu, pada saat kita merasa begitu sensitif, itu artinya emosi akan menunjukkan kekuatanya. Maka disaat semua begitu mudah untuk memancing emosi, menjauhlah dan mulai berhitung hingga sepuluh. Setelah itu barulah berbicara. Berhitung hingga sepuluh, menjadi kesempatan bagi kita untuk melihat konsekuensi yang muncul dari setiap reaksi serta komentar orang sekitar.
Say whenEmosi suka menampakkan keberadaanya secara berlebihan. Jika kita memiliki tendensi untuk melakukan semuanya sendiri, waspadalah. Tidak perlu menjadi wonder woman. Maka tidak ada salahnya untuk meminta bantuan karena ini juga akan melatih kita mengorganisasi setiap ekspresi yang muncul.
Talk to your selfEmosi hadir dengan mengendap-endap. Di menit ini kita baik-baik saja dan beberapa menit kemudian, kita merasa tertarik ke dalam kepanikan. Karenanya setiap kali kita melakukan kesalahan, tidak ada salahnya untuk berbicara pada diri sendiri. Evaluasi diri menjadi bekal untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Fuel upEmosi tidak bermain dengan aturan yang fair. Emosi justru akan menyerang ketika kita sedang merasa terpuruk. Itu mengapa, relaksasi dan olahraga menjadi cara untuk mengisi kembali ketenangan jiwa. Alhasil, kita akan jadi lebih tenang dan bijak dalam menghadapi segala situasi. (Siagian Priska)
Sumber: Prevention IndonesiaFoto: Dok.Nova