Gunwan Sutanto, alumnus Fakultas Teknik Kimia UGM, adalah produsen tepung bakso TJ, asal Solo. Awalnya ia adalah agen tepung tapioka asal Lampung. Selama bertahun-tahun ia keluar masuk pasar tradisional sehingga menyaksikan sendiri bagaimana para pedagang bakso di pasar tradisional membuat bakso dengan pengawet boraks yang bebahaya bagi kesehatan. Jatuh - bangun sebagai agen tepung membuat Gunawan tergerak membuat tepung khusus untuk membuat bakso tanpa harus menggunakan boraks dalam pembuatannya.
Kini, tepung buatannya sudah dipergunakan oleh ribuan pedagang bakso di Tanah Air maupun di luar negeri. Bahkan ibu-ibu di Kedutaan Besar Indonesia di berbagai negara juga menjadi konsumen tepungnya dan belajar membuat bakso secara online dari Pak Gun, sapaan Gunawan. Karena itu Pak Gun menegaskan, sebenarnya masyarakat tidak perlu khawatir menyantap bakso pada rumah makan atau warung-warung besar khusus bakso. Sebab pedagang bakso membuat sendiri komposisi baksonya. Oleh karena dagangan utamanya bakso, pastinya tidak berani main-main dengan mencampur tepung dengan daging babi.
Kata Pak Gun, tidak sedikit ibu-ibu rumah tangga yang takut menyantap bakso di pasaran, kemudian belajar membuat pentol bakso kepada dirinya secara online. Mau belajar secara off line pun bisa. Karena itulah, isu bakso daging babi akhir-akhir ini, tidak berpengauh pada omset penjualan tepung bakso miliknya.
"Aman-aman saja, malah ada kenaikan secara signifikan. Pedagang bakso besar maupun ibu-ibu rumah tangga masih banyak yang membeli tepung dari saya. Khusus ibu-ibu, mereka bilang takut membeli bakso yang dijual retail. Takut tercampur daging babi hutan. Saya memang menyediakan paket belajar buat pemula. Kalau yang masih awam ya bisa 10 kali latihan baru bisa. Kalau bukan pemula, tiga kali pun sudah bisa," tuturnya.
Rini