"Jika dijual di kampung saya sudah terlalu banyak orang yang menjajakan Terompet Tahun Baru ini. Makanya saya 'bergeser' berjualan Terompet ini di Kota Medan tepatnya saya sudah berjualan sejak dua tahun belakangan ini," ujar pria empat putra ini.
Alasan Rawin yang lain untuk berjulan Terompet Tahun Baru di Kota Medan karena dia menjual terompet ini dengan motif yang lain dari pada yang lain. " Biasanya, pedagang hanya menjual terompet dengan model lurus saja. Namun, saya menjual Terompet ini dengan model bergambar burung, naga, fiber, kupu-kupu dan lain-lain. Kalau model burung naga saya membuatnya dari kain flannel."
Biasanya, kata Rawin, dia membawa terompet-terompet sudah jadi ini dari kampung. " Tiba di Medan saya tinggal finishingnya saja. Kalau jualnya di luar kota biasanya kita bisa panen. Apalagi, nggak banyak saingan," tutur Rawin yang berjualan buah dikampungnya sudah 20 tahun yang lalu.
Satu terompet dijual Rawin mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Dengan mengayuh sepedanya Rawin sudah menjual terompetnya ini keberbagai sudut Kota Medan. Seperti," Lubuk Pakam, Binjei, Deli Serdang dan daerah pinggiran lainnya. Biasanya, saya membawa terompet ini sebanyak 750 kodi dengan menumpang truk fuso dari Jawa. Satu kodi isinya 20 terompet. Ya, kalau diakhir tahun nanti terompetnya cuma sisa sedikit ya anggap sajalah itu habis atau laku semua," ujar Rawin mengaku sejak awal bulan Desember dia sudah berada di Kota Medan.
Begitulah nasib Rawin, pria berpostur tinggi dan berperawakan kurus ini harus 'keluar' dari kampungnya dulu untuk mengaduh nasib dengan tujuan ke Kota Medan, menjual Terompet Tahun Baru. Walau pun baru dua kali setiap Tahun Baru dia menjajakan terompetnya. Tapi, Rawin yakin akan datang ke Kota Medan setiap menjelang Tahun Baru tiba dan tentu saja dengan membawa terompetnya.
Debbi