Inilah yang menjadi dasar Kompas menggelar Ekspedisi Cincin Api setahun lalu. Perjalanan jurnalistik ini dilakukan dengan mendaki gunung-gunung aktif di Indonesia dan menyusuri jejak-jejak tsunami masa lalu untuk menyingkap fenomena alam ini. Perjalanan ini didokumentasikan lewat tulisan yang dimuat di harian Kompas, Kompas.com, dan Kompas TV.
Rabu, 12 Desember, Kompas menambah satu dokumentasi perjalanan ini dengan meluncurkan buku Hidup Mati di Negeri Cincin Api. Peluncuran buku ini karya tim wartawan dan fotografer Kompas digelar di Bentara Budaya Jakarta.
"Semoga hadirnya buku ini menambah kesadaran masyarakat tentang kondisi alam Indonesia yang bukan hanya menjadi sumber kehidupan tetapi juga menjadi sumber bencana," kata Ahmad Arif, wartawan Kompas yang juga menjadi ketua Tim Ekspedisi Cincin Api.
Banyak yang berharap setelah ekspedisi ini, Kompas melanjutkan dengan ekspedisi yang bisa menyingkap fenomena lautan di Indonesia. Tantangan ini langsung disambut baik oleh Budiman Tanuredjo, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas. "Kami terima tantangan ini," kata Budiman yang langsung disambut tepuk tangan para hadirin yang datang di acara ini.
Sebelum ekspedisi ini dibukukan, liputan Ekspedisi Cincin Api sudah meraih beberapa penghargaan antara lain Anugerah Tirto Adhi Soerjo 2011, Anugerah Jurnalistik Jakarta 2011, Penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Penghargaan dari Ikatan Ahli Geologi, Penghargaan Emas dan Perak tingkat Asia dari WAN-IFRA 2012, serta dua Anugerah dari Adi Warta Sampoerna untuk bidang lingkungan dan budaya.
Krisna