TabloidNova.com - Epidemi Ebola, penyakit mematikan yang membuat penderitanya memiliki kesempatan tipis untuk bertahan hidup, sedang menjangkiti negara-negara Afrika. Salah satunya adalah Nigeria.
Pada Senin (4/8), pemerintah Liberia mengumumkan melalui radio pemerintah, bahwa semua mayat korban Ebola harus dikremasi.
Tindakan ini diambil sebagai langkah pencegahan akan timbulnya korban baru akibat bersentuhan langsung dengan mayat korban Ebola.
Pemerintah Liberia memutuskan untuk turun tangan dalam hal menguburkan mayat setelah beberapa hari ini muncul ketegangan di masyarakat. Mulanya, para pekerja kesehatan mencoba menguburkan lebih dari 20 orang korban Ebola di daerah Monrovia, Liberia.
Namun yang terjadi adalah, "Korban baru bermunculan setelah mereka menyentuh tubuh korban lainnya dalam tradisi pemakaman," kata Lewis Broen, Menteri Informasi Liberia.
Sejak itu, polisi militer dilibatkan dalam proses kremasi korban. Pada Minggu (3/8), proses kremasi dilakukan setelah masyarakat setempat menolak menguburkan korban Ebola. Sehari setelahnya, 12 kremasi berhasil dilakukan.
Sementara itu, karantina juga meulai dilakukan di perbatasan Lofa County oleh petugas militer. "Kami tidak ingin menggunakan kekuatan yang berlebihan, namun kami harus melakukan upaya apa saja agar membatasi pergerakan masyarakat dari daerah yang sudah terkena Ebola," tambah Brown.
Epidemi akan penyakit Ebola sendiri dimulai pada bulan Maret, dan menyebar ke Nigeria pada akhir Juli. Saat itu, Patrick Sawyer, seorang warga negara Amerika keturunan Liberia berusia 40 tahun , terbang dari Ibukota Liberia ke Lagos.
Pihak berwenang Lagos juga mengklaim, 8 orang yang sempat bertatap muka dan berinteraksi dengan Patrick kini juga menunjukkan gejala Ebola.
Sementara itu, karena Ebola menyebar dengans angat cepat di Sierra Leone dan Liberia, pehak berwenang kini mengerahkan tentara untuk mengkarantina daerah perbatasan, di mana 70 persen kasus telah terdeteksi.
Wikkianto / Sumber: Dailymail