Festival yang digelar ke-39 ini berlangsung dua hari di Pendapa SMKI, Yogyakarta, diikuti empat kabupaten/kota se-provinsi DIY. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara ini dijejali penonton mulai anak-anak hingga orangtua. Ini membuktikan tari klasik yang telah mendapat sentuhan pembaruan di sana-sini masih memiliki magnet kuat sebagai tontonan masyarakat Yogyakarta.
Terasa ada tampilan segar di beberapa hal pada festifal kali ini. Misalnya, pada koreografinya. Atau tampilan Anoman pada Banjaran Rahwana yang ditampilkan duta Kota Yogya.
Pada malam itu, Sang Anoman "terbebas" dari kostum kethek putih, sehingga terasa lebih seru, baru, funky. Ia menarik perhatian sebagai sebuah tontonan yang selama ini terikat pada pakem. Penonton diajak melihat Anoman yang berbeda dari yang sudah ada pada Sendratari Ramayana di Prambanan selama ini. Sebab Anoman funky ini cukup tampil dengan kostum legging dan kaos putih ketat dengan gerak-gerak mendekati tari modern. Demikian halnya kera-kera yang biasanya ditampilkan oleh anak-anak kecil berkostum monyet. Kali ini tampil mengejutkan dengan tampilan orang dewasa berambut merah, lengkap dengan body painting di bahu.
Festival Sendratari 2011 ini diselenggarakan dengan mengusung semangat kompetisi. Karena itu, ada 15 penghargaan dibagikan oleh panitia terdiri dari tujuh penghargaan individu dan delapan penghargaan kelompok. Dan Dewan Yuri yang terdiri dari KRT Widya Anindita, Sunaryo SST, M,Sn. Drs. Bambang Pujasworo SST,M.Hum, Dr. Ni Nyoman Sudewi SST, M.Hum serta Bambang Paningron, akhirnya memutuskan, memberi penghargan kepada Kabupaten Bantul sebagai juara pertama. Kedua dan ketiga diraih Kota dan Kulonprogo. Sementara Sleman dan Gunungkidul sebagai juara 4 dan 5.
Pemeran penari putra terbaik diberikan kepada Kuatno. Peran penari pembantu putri terbaik diraih Ririn. Sutradara terbaik diraih Anter Asmoro (Kota). Pria yang memerankan Anoman "funky" ini, sekaligus menyabet gelar penari putra terbaik. Dan penari putri terbaik diraih Harin Setyandari (Kota).Rini