Buku Menunggang Badai Beredar

By nova.id, Selasa, 26 Juli 2011 | 09:21 WIB
Buku Menunggang Badai Beredar (nova.id)

Buku Menunggang Badai Beredar (nova.id)

"Foto: Henry "

 Muhtadi yang tinggal di Desa Sinanggul, Mlonggo, Jepara mengatakan, desanya termasuk kawasan sentra mebel untuk taman. Dengan cepat ia belajar dan mampu membuat sendiri mebel outdoor. "Saat itu perkembangan mebel outdoor pesat sekali.  Nilai dolar, kan, menguat terhadap rupiah. Karena produksi warga diekspor,  pembayarannya dengan dolar membuat kami mendapat nilai rupiah yang besar. Tumbuh sampai ratusan perajin," kata Muhtadi.

Sayang,  banyak perajin yang kemudian menurunkan kualitas. Salah satu contoh, bagian dalam dari mebel berbahan bukan kayu jati. Hanya bagian luar yang jati.  Permintaan pasar yang begitu banyak membuat sebagian perajin membuat barang asal jadi. Salah satunya, saat pembuatan, mebel tidak kering betul. Akibatnya, mebel itu menjamur sampai di tempat pemesan. 

Turunnya kualitas ini membuat pasar kecewa. "Lama kelamaan, kami ditinggal pergi pembeli," kata Muhtadi yang bersama Edy Turmanto menulis pengalaman hidupnya dalam buku Menunggang Badai, Untaian Kehidupan, Tradisi, dan Kreasi Aktor Mebel Jepara. Buku ini diiluncurkan di Semarang beberapa waktu lalu. Perajin lain  yang menulis riwayatnya adalah Margono.

Lama-kelamaan pasar internasional tidak menyukai mebel Jepara. "Kondisi kami terpuruk. Berbagai upaya kami lakukan untuk meningkatkan kualitas. Kami juga terus bertahan, meski banyak perajin yang berguguran. Sekarang ini kondisi pasar belum sepenuhnya membaik. Tapi, dari sisi kualitas, produksi kami menjadi jauh lebih baik," tambah Muhtadi.

Buku Menunggang Badai mengisahkan potret kehidupan industri mebel Jepara. Mulai saat keemasan, surut, dan upaya bangkit kembali.  "Kami belum sepenuhnya bisa keluar dari badai," tutur Margono. Dan tentu Margono dan rekan perajin lain berharap, badai akan cepat berlalu.

Henry