Kain batik hasil kerajinan para produsen batik pewarna alam, 21-23 Juni lalu dipamerkan di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB), Jl.Kusumanegara Yogyakarta.
Perajin batik dari Yogyakarta, Jateng dan Jatim terlibat dalam pameran bergengsi ini. Mulai pengrajin yang telah memiliki nama besar seperti Batik Winotosastro dan perkumpulan perajin batik Sekar Jagad, hingga kelompok usaha yang baru tumbuh seperti kelompok Nur Giri Indah dari Gunung Kidul. Bahkan kelompok ibu-ibu pengrajin batik Banyuripan dan Kebon Indah dari Kecamatan Bayat, Klaten, (Jateng) yang tahun 2006 lalu menjadi korban gempa bumi, turut menggelar kain batik tulisnya yang indah-indah. Rata-rata sehelai batik pewarna alami dengan bahan baku kain katun primissima sepanjang 2,5 m dijual mulai Rp 350 ribu.
Kain-kain batik kombinasi cap dan tulis juga turut dipamerkan. ''Di kelompok saya batik cap apalagi kalau pakai pewarna sintetis, tidak laku. Rata-rata minta batik tulis dengan pewarna alami,'' jelas Ny.Samiyem pembatik dari Gunung Kidul. Ia menambahkan showroom kelompok Nur Giri Indah sering kedatangan pembeli luar negeri. Kadang ibu-ibu istri pejabat juga memesan kain batik pewarna alam. "Kami sering terima pesanan kain batik seragam karyawan bank.''
Sulitkah memperoleh bahan baku pewarna alam? Kalau kebutuhannya sedikit bisa belanja ke Pasar Beringharjo. Tapi kalau banyak, harus ke Pasar Klewer, Solo. Tapi kalau warna hijau tua sih, gampang carinya. Cukup memetik daun mangga.''
Diakui Samiyem, memroses kain batik dengan pewarna alami sedikit rumit. ''Kainnya enggak bisa dijemur di terik matahari. Warnanya akan jelek. Tapi kalau mendung terus, juga gak bisa. Beda dengan pewarna sintetis yang butuh panas terik. Cepat kering tapi tidak ramah lingkungan,'' paparnya.
Nah, kini saatnya kita mendukung para perajin batik. Mahal sedikit tak apa bukan? Daripada batik pewarna sintetis, akan cepat merusak lingkungan.
Rini