Ketertarikannya menjadi guru berawal saat membaca tulisan Anis Baswedan tentang program Indonesia Mengajar, sebuah misi mengirim guru-guru muda untuk memberi pendidikan di pelosok nusantara. Bersama 9 teman lainnya, Ayu ditugaskan mengajar selama 1 tahun di Halmahera Selatan.
"Masing-masing mengajar di SD dan pulau yang berbeda. Kami semua tinggal di rumah penduduk," ujar Sarjana Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, yang mulai mengajar sejak November tahun lalu. Metode yang ia gunakan agar anak didiknya dapat mengejar ketertinggalan, yakni memperkenalkan sesuatu melalui praktik. Tak jarang kegiatan belajar dilakukan di alam terbuka.
Selama tinggal di pelosok, ia dedikasikan seluruh waktunya untuk mengajar. "Pagi sampai siang di sekolah, mengajar sekaligus jadi wali kelas 2. Sorenya memberi les tambahan untuk kelas 6. Malamnya, anak-anak belajar baca tulis di rumah yang saya tinggali," tuturnya. Menurut Ayu, inilah saatnya ia ikut andil memberikan sesuatu bagi bangsanya. Dulu, ia amat apatis pada kondisi Indonesia karena lama tinggal di negeri orang. Tapi, banyak hal yang menginspirasinya hingga terpanggil untuk jadi guru.
Untuk mengoptimalkan kepeduliannya, pehobi diving ini pun aktif membuat program kelompok sebulan sekali bersama teman-teman Indonesia Mengajar lainnya. Hasilnya, ia berhasil menggagas perpustakaan sekolah. Buku-buku sumbangan yang ia dapat dianggap barang mewah oleh murid-muridnya, "Mereka terbiasa bawa satuh buku tulis dan pensil saja ke sekolah. Baru kali ini, saya lihat langsung kondisi nyata ketidakmerataan pendidikan. Jadi, metode belajar pun harus mundur untuk menyesuaikan kemampuan mereka."
Ade Ryani