Semula, ujarnya, hanya iseng. Ia belajar pada temannya. Namun, lama-kelamaan, Tika malah jatuh cinta. Berbagai medium ia coba gambar. Mulai dari gelas kecil dan tempat lilin yang mungil, sampai berbagai botol unik dan tua. Kebetulan, kakak Tika bernama Samik adalah kolektor benda-benda antik. "Botol-botol yang dia tidak suka, dikasihkan pada saya. Sudah botol tua, seni lukis gelas, kan, termasuk unik. Jadinya antik dan unik."
Selanjutnya, Tika terpikir untuk buka usaha. Ia mendaftarkan produknya ke Dekranasda. Beberapa bulan kemudian, Tika diundang ikut pameran acara Gramedia Expo. Untuk memenuhi stan pameran, "Saya tak mungkin kerja sendiri. Makanya saya merekrut karyawan untuk stok," ujar Tika yang sekarang dibantu enam karyawan.
Ternyata pameran sukses. Selanjutnya, beberapa kali Tika kembali berpameran di Surabaya. Bahkan, tahun lalu ia juga ikut Inacraft di Jakarta. "Respons masyarakat Jakarta besar sekali. Banyak yang membeli produk saya, mereka justru suka lukisan yang medianya unik. Harganya memang mahal, Rp 750 ribu - Rp 1,5 juta. Ada juga, sih, yang harganya murah, hanya Rp 20 ribu."
Kini, Canadia Gallery dipenuhi ratusan item karyanya. "Yang menjadi salah satu ciri saya adalah lukisan batik seperti batik kawung dan parang. Tapi, tidak semua media bisa dibatik."
Henry
Foto: Henry