"Setelah kecelakaan itu, Arina sempat mengalami infeksi berat. Dokter menyarankan untuk cuci darah paling tidak 3 bulanan," ungkap Euis, bibi Arina.
Arina memang sempat menjalani 6 kali cuci darah, dan dokter sudah menyatakan 'cukup' yang artinya kondisi Arin sudah tak perlu lagi cuci darah.
Saat itu Arina langsung minta makanan kesukaannya pizza, donut J Co, kismis dan sebagainya. Begitu diperbolehkan dokter, Euis membawakan makanan kesukaan Arina tersebut.
"Sempat sehat sampai seminggu sebelum meninggal (15/1). Saya sempat bawakan pizza kesukaannya dan dia juga sempat tertawa-tawa dengan teman-temannya. Tiba-tiba, Arin mengeluh sesak nafas pada 8 Januari 2014 lalu.
Dokter pun sampai memasangkan ventilator. "Kata dokter, parunya mungkin sudah tertutup cairan. Tapi belum bisa memastikan apakah benar begitu, hari itu juga dokter memeriksa ulang dengan bronkoskopi," ujar Euis mengenang hari-hari terakhir sebelum keponakannya menghembuskan nafas terakhir.
Ternyata, paru-paru Arin bukan dipenuhi cairan, tapi terinfeksi kuman yang sudah menyebar.
"Memang, Arin harusnya diamputasi. Tapi masih menunggu kondisinya membaik. Karena sesak nafas, ya tidak bisa (amputasi)," ujar Euis lagi.
Setelah diketahui penyebab Arin sesak nafas, gadis cantik tersebut terus mengalami perburukan. Hingga pada hari Rabu (15/1) sekitar pukul 11.10 WIB, Arin menghembuskan nafas terakhir.
"Ibu dan ayahnya enggak percaya, syok, tapi ya mau bagaimana lagi. Mungkin jalannya harus seperti itu," ungkap Euis lirih.
Saat jenazah Arin dimandikan, ayahanda Arin yang juga merupakan orang terdekat gadis tersebut nyaris pingsan.
"Ya, Arin memang paling dekat dengan ayahnya. Selama dirawat, Arin selalu minta ditemani terus sama ayahnya," papar Euis.
Dan, setelah jenazah Arin dibawa ke tanah kelahirannya di Palembang, adik Arin yang paling kecil dan masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak langsung menangis hiteris. Gadis kecil itu menangis, menjerit, memanggil-manggil nama kakak pertamanya.
Laili