Modusnya pun beragam. Berikut penjelasan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto soal hipnotis.
Diungkapkan Rikwanto, pelaku hipnotis memiliki beberapa sasaran, biasanya pada seseorang yang bingung, sedang sendirian, maupun seseorang yang menggunakan barang berharga atau menenteng tas yang diperkirakan berharga. Sedangkan lokasi, biasanya korban disasar saat berada di tempat-tempat keramaian seperti terminal bus atau kereta api, pusat perbelanjaan, dan sejenisny.
"Modusnya bisa pura-pura bertanya, menepuk, pura-pura menolong, dan dalam kebingungannya korban dipedaya oleh mereka. Hingga akhirnya, diminta barang, dompet, dan tasnya. Lalu, pelaku pura-pura pergi dulu serta meminta korban tetap di tempat kemudian kabur," ujarnya.
Nah, menariknya beberapa korban hipnotis juga menyasar pada kasir supermarket. Pelaku yang biasanya berjumlah 3 orang, dan berpura-pura berdialog sahut-sahutan. "Kasirnya dibuat bingung, misal, barang saya mana, kembalian saya mana, uang saya mana, saat bingung diminta menyerahkan uang. Namun uang yang di kas justru diberikan pada pelaku tanpa sadar," ungkap Rikwanto.
Setelah berhasil menggondol uang kas supermarket, kasir yang masih bengong lalu ditinggal. "Sampai pergi, kasir masih bingung dengan pikiran yang berkecamuk. Itu yang terjadi dan pelaku sudah tertangkap," tandasnya.
Apakah korban diintai sebelumnya? Rikwanto menandaskan jika korban bukan diintai sebelumnya, namun mereka mengamati profil calon korban.
"Mereka menilai dulu. Apakah korban bisa tidak dikenakan hipnotis. Dia (pelaku) tidak mau percuma. Mereka juga tidak asal pilih, yang nanti jika tidak berhasil justru pelaku bisa tertangkap," tandas Rikwanto lagi.
Laili