"Ada satu masa dimana saya berjalan kaki di New York dan melihat wanita cantik, saya akan coba untuk menyapanya. Wanita itu akan membalas menyapa dengan nama Michael (nama karakter Al Pacino di "The Godfather). Dari situlah, saya sadar dan cuma bisa menghela napas sedih karena masa-masa saya tak dikenal orang telah hilang. Tidak mungkin kembali pada kebebasan seperti sebelumnya," kenang Al.
Sebagai akibat kepopulerannya yang melejit pesat itulah, waktu berjalan begitu cepat dan ia mulai terjerumus ke hal-hal gila.
"Kepopuleran membawa saya melejit seperti tembakan bola canon. Lima film, lima nominasi Oscar. Saya terbawa arus dengan kepopuleran "The Godfather." Saya mulai minum alkohol dan melakukan hal-hal yang dianggap bersenang-senang tetapi sebenarnya sama sekali tidak menyenangkan atau malahan membuat frustasi. Tetapi, tetap saja terus saya lakukan sampai kadang saya lupa diri. Saya berusaha membeku semua perasaan agar bisa terus mengikuti. Sampai akhirnya, ada teman dekat sekaligus mentor saya, Lee Strasberg, yang mengingatkan saya. Ujarnya, 'Sayang, kamu harus bisa menyesuaikan diri!' Dari momen itu, saya pun segera mengubah semua perilakunya dan fokus pada pekerjaan."
Syanne/Tabloidnova.com
Sumber: The Hollywood Reporter