Insting Ibu Ini Berhasil Menyelamatkan Janinnya

By nova.id, Rabu, 27 November 2013 | 09:56 WIB
Insting Ibu Ini Berhasil Menyelamatkan Janinnya (nova.id)

Insting Ibu Ini Berhasil Menyelamatkan Janinnya (nova.id)

""

Lianne Stooke (38), mulanya berbunga-bunga hatinya ketika tahu ia hamil, karena bisa memberikan adik bagi kedua anaknya.

Namun, kebahagiaan Lianne dan suaminya, Iain Stooke, berubah sebaliknya ketika dokter memberitahu hasil scan MRI yang dilakukan terhadap bayinya. Dokter melihat sebuah bayangan dalam otak janin yang dikandung Lianne.

Dokter lalu menyarankan Lianne untuk mengaborsi janinnya, karena adanya kelainan otak dan dikhawatirkan tidak bisa berkomunikasi atau mengenali lingkungannya, kelak setelah bayi lahir. Untuk memastikan, dokter meminta Lianne untuk melakukan scan ulang. Scan ulang dilakukan di Frenchay Hospital di Bristol, Inggris.

Hasilnya malah meneguhkan ketakutan yang dirasakan Lianne dan Iain, calon putri mereka didiagnosa mengalami kondisi yang disebut holoprosencephaly, yang berarti sang janin kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang berat. "Dokter mengatakan, kemungkinan bayi kami kelak tidak bisa bicara, berjalan, atau mengenali kami akibat kerusakan otak itu," ujar Lianne yang bekerja sebagai staf administrasi di bank seperti dikutip Daily Mail.

"Bahkan, ada kemungkinan dia akan mengalami cacat fisik atau wajah," imbuhnya. Meski saat itu usia kehamilannya sudah mencapai 30 minggu, dokter tetap menyarankannya aborsi karena penyakit kerusakan otak ini dinilai bisa menghambat anak menjalani kualitas kehidupan yang baik.

Holoprosencephaly merupakan suatu kondisi di mana bagian depan otak janin gagal membentuk belahan. Kondisi ini bervariasi tingkat keparahannya, tapi sekitar 80 persen anak-anak dengan holoprosencephaly memiliki kelainan wajah. Banyak dari mereka yang mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang dan kejang-kejang. Bahkan, tak sedikit bayi yang gagal bertahan hidup dalam kondisi ini. Satu dari 10 ribu bayi yang lahir, diperkirakan mengalami holoprosencephaly.

"Menurut dokter, masih belum terlambat untuk melakukan aborsi. Ia mengatakannya seolah-olah kami tidak punya pilihan lain," ujar Lianne sendu. Ia sendiri amat syok dengan peristiwa yang dialaminya. Ia dan suaminya sangat tersika mengingat harus membuat keputusan yang tidak mereka inginkan.

"Setiap kali merasakan tendangannya di dalam perut, hati saya rasanya hancur. Kami tidak sanggup rasanya mengaborsi janin, tapi di sisi lain juga tidak tahu apakah bisa mengasuh anak yang cacat dan tidak punya kualitas hidup yang baik."

Enam minggu menjelang hari perkiraan lahir, pasangan ini datang ke rumah sakit untuk mendiskusikan masalah ini sekaligus memberikan keputusan. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Lianne dan Iain masih belum tahu apa keputusan mereka. "Kami diberitahu masih ada sedikit harapan bahwa kelak bayi ini akan mengenali kami. Dan jika ini yang terjadi, kami tidak bisa membayangkan kalau kami salah mengambil keputusan," ujar Lianne.

Akhirnya, Lianne dan Iain sepakat untuk meneruskan kehamilan itu, dan akhirnya sang bayi lahir secara sesar. Setelah bayinya lahir, keduanya sangat takjub melihat putri mereka sangat jauh dari cacat fisik. "Para bidan bingung. Dokter lalu melakukan serangkaian tes, dan Miley, putri kecil kami itu, berhasil melewatinya dengan baik," ujar Lianne sumringah.

Ia lebih bahagia ketika dua hari kemudian, tes MRI yang dilakukan terhadap Miley menyatakan bayi cantik itu tidak mengidap holoprosencephaly sama sekali.

Meski lega, pasangan ini merasa marah karena nyaris membuat keputusan yang salah seumur hidup mereka karena diagnosa yang salah. Mereka meminta pengakuan dan permintaan maaf secara resmi pada rumah sakit yang bersangkutan. Pihak rumah sakit menyatakan berempati pada apa yang dialami Lianne dan Iain.

Menurut Direktur rumah sakit Dr. Chris Burton, menganalisa dan mendiagnosa otak janin memang sangat sulit dan kasus seperti ini jarang terjadi. Miley sendiri kini telah berusia dua tahun dan menjalani semua tahap perkembangan yang normal layaknya anak lainnya.Hasuna