Gina yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong, akhirnya berhasil masuk ke Tacloban setelah menempuh perjalanan udara dari Hongkong-Cebu-Tacloban ditambah 17 km perjalanan darat ke arah Selatan ke kampung halamannya, Tanauan.
Yang memilukan, tutur Gina pada CNN, dalam percakapan terakhir itu suaminya meminta Gina untuk tidak mengkhawatirkan kedua anak mereka karena dia bisa menjaga dengan baik. Saat itu angin kencang memang belum memorakporandakan seisi kota.
"Saya minta mereka untuk menyelamatkan diri ke tempat atau rumah lain, tapi suami saya tidak menyangka topan akan seburuk itu akibatnya," ujar Gina.
Keluarga kecil ini memang sudah cukup lama tinggal terpisah jarak. Sudah dua tahun lebih Gina bekerja di Hongkong, sementara suaminya mengasuh Kim dan Kyra di rumah. Empat jam setelah topan melanda, Gina berusaha menelepon suaminya, tapi tidak berhasil karena tak ada sinyal di Tacloban, bahkan hingga Jumat sore. Konsulat Filipina di Hongkong juga tidak mengetahui keberadaan suami dan kedua anak Gina.
Beruntung, majikan tempatnya bekerja mengizinkan Gina pulang ke Tanauan untuk mencari keluarganya. Berbekal tas ransel besar berisi makanan, air, tenda, dan kantung tidur, Gina menuju Tacloban yang disebut warga yang selamat sebagai kota yang "lebih buruk dari neraka". Ia berangkat bersama Rita, teman seprofesinya yang juga kehilangan suami dan anaknya dalam bencana itu.
Dalam perjalanan menuju Tacloban, Gina sempat khawatir tas ranselnya dirampok oleh orang-orang yang kelaparan setelah selamat dari bencana. Ia sendiri mengaku tak tahu akan berapa lama tinggal di sana dan apa yang akan ia temukan. Rencananya, setiba di Bandara Tacloban perempuan itu akan dijemput oleh teman suaminya yang akan mengantarkannya ke rumah saudara. Entah kenapa, rencana itu batal terjadi.
Rita yang berhasil menemukan keluarganya, memberitahu temannya di Hongkong bahwa Gina meninggalkan bandara Tacloban bersama kru stasiun teve berita GMA-7. Produser GMA-7 lalu memberitahu CNN bahwa mereka sempat mengobrol dengan Gina, tapi ketika akan dijemput lagi, perempuan itu telah pergi. Hingga seminggu setelah topan melanda, Gina masih belum bisa ditemukan untuk diberitahu kabar yang sudah sangat ditunggunya: suami dan anak-anaknya selamat.
Ternyata, di bandara, Gina diizinkan menumpang truk tentara Filipina menuju Palo. Dari sana, dia diantarkan polisi menuju Tanauan. Sampai di sana, ia menemukan semua bangunan sudah rata. Yang menakjubkan, ia melihat suami dan kedua anaknya tengah berlindung di gubuk yang dibuat suaminya dari puing-puing rumah mereka. Keluarga kecil ini langsung menangis sambil berpelukan.
Pedro, Kim, Kyra, dan kedua mertua Gina berhasil selamat setelah menempelkan badan mereka ke kabel listrik yang tergantung di atap rumah selama empat jam, sampai badai mereda. Tubuh mereka memar dan penuh debu yang tertiup angin, tapi itu jauh lebih ringan dibandingkan kerusakan di sekitar mereka. Para tetangga memberi mereka bantuan, dan keesokan harinya seseorang memberi mereka beras dan air.
Setelah mengeluarkan makanan dari dalam ranselnya untuk keluarganya, Gina mengajak mereka menuju Tacloban. Dari sana, mereka terbang menuju Cebu dan meneruskan perjalanan ke rumah orangtua Gina di Luzon.
Kim dan Kyra sendiri, menurut Gina, mengalami trauma akibat peristiwa yang menewaskan ribuan orang itu. Saat tidur, mereka selalu mengigau dan berteriak-teriak ketakutan. Gina berencana untuk kembali ke Hongkong setelah keluarganya kembali tentram. "Saya harus kembali bekerja, agar bisa mendapatkan uang untuk membangun rumah dan keluarga saya lagi," ujarnya.
Hasuna