Kolaborasi musisi papan atas tersebut dengan pemusik etnik lokal makin membuat hangat perhelatan yang mengambil tempat di bibir pantai laut selatan yang eksotis.
Trio Lestari yang terdiri atas Glenn Fredly, Tompi, dan Sandhy Sondoro membawakan sejumlah lagu yang sebelumnya mereka populerkan sebagai vokalis tunggal, antara lain, Menghujam Jantung, Selalu Denganmu, Terpesona, dan Tak Pernah Padam. Yang istimewa, Trio Lestari juga membawakan lagu khas Banyuwangi berjudul Ulan Andong.
"Sisi musikalitas masyarakat Banyuwangi sangat tinggi. Di sini budaya bermusik luar biasa. Saya dengar beberapa musik etniknya juga menawan. Kami sendiri ingin membuat lagu dari inspirasi keindahan alam dan kekayaan budaya Banyuwangi," ujar Glenn Fredly.
Di ajang Banyuwangi Beach Jazz Festival, Trio Lestari juga memperkenalkan single terbarunya yang sama sekali belum pernah dinyanyikan di depan publik. Bahkan, uniknya, judul lagu anyar tersebut juga baru ditentukan di atas panggung BBJF setelah berkomunikasi dan meminta pendapat dari sekitar 2.000 penonton yang hadir.
"Lagu baru ini kami rilis tahun depan, sama sekali belum pernah kami nyanyikan di depan umum. Bahkan kami masih saling debat untuk tentukan judul, makanya kami minta saran penonton Banyuwangi sebagai publik pertama yang mendengar lagu ini," kata Tompi.
Setelah berkomunikasi dengan penonton untuk menceritakan gambaran lirik lagu, akhirnya disepakati lagu itu diberi judul Gelora Cintaku.
Adapun sang ratu jazz Indonesia, Syaharani tak mau ketinggalan. Tampil bersama kelompoknya Queenfireworks mampu menghipnotis penonton lewat musik yang dikemas dengan ritmis. Yang membuat 2.000 penonton berdecak kagum adalah kolaborasi Syaharani and Queenfireworks dengan musisi etnik lokal untuk membawakan lagu khas Suku Using (masyarakat asli Banyuwangi) berjudul Pethetan.
Syaharani berduet asyik dengan penari gandrung Banyuwangi yang sangat legendaris, yaitu Temu. Syaharani mengaku kagum dengan dedikasi dan keahlian Temu dalam berkesenian. "Orangnya energik, suaranya indah. Saya selalu terharu melihat kekayaan budaya lokal seperti ini," ujar Syaharani yang menangis haru di atas panggung membuat suasana makin akrab.
"Saya sudah berkeliling ke banyak daerah, tapi Banyuwangi ini memang lain. Kekayaan seni-budayanya luar biasa. Saya akan terus berkolaborasi dengan musisi etnik lokal. Saya juga bikin klip video untuk lagu terbaru saya di Banyuwangi," kata Syaharani.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, konsep jazz pantai dipilih karena ingin pertunjukan jazz ini memberi sensasi baru dibanding yang biasa ditemui. Bukan hanya venue, penataan sound juga khusus. Mengusung sound system berkekuatan 90 ribu watt, panitia telah menyesuaikannya dengan kondisi alam, mulai dari tiupan angin pantai yang cukup kencang serta arah angin yang berubah-ubah.
"Semoga event wisata dan budaya seperti jazz pantai ini menjadi stimulan positif bagi daerah kami untuk terus membangun dengan tetap mempunyai basis kuat di bidang seni-budaya," jelas Anas.
Perhelatan Jazz Festival di Banyuwangi sendiri sudah dimulai tahun lalu dengan lokasi di Gelanggang Seni Budaya, tepat di jantung kota Banyuwangi. Tahun ini, konsepnya diubah dengan mengusung jazz pantai.
Gandhi