Penderita Kanker Paru-paru Termuda Karena Polusi Udara

By nova.id, Rabu, 6 November 2013 | 08:39 WIB
Penderita Kanker Paru paru Termuda Karena Polusi Udara (nova.id)

Penderita Kanker Paru paru Termuda Karena Polusi Udara (nova.id)

"Polusi udara di Cina "

Parahnya polusi udara dan lingkungan di Cina telah menjadi keprihatinan sejak beberapa tahun silam. Yang terbaru, seorang bocah usia 8 tahun didiagnosa menderita kanker paru-paru. Para dokter di sebuah rumah sakit di provinsi Jiangsu, menurut media lokal, menyebut polusi udara lah yang mengakibatkan kondisi kesehatan gadis cilik tersebut.

Bocah yang tidak dijelaskan identitas lengkapnya itu dilaporkan tinggal di rumah yang terletak di pinggir jalanan yang sibuk. Ini membuatnya terekspos kepada debu dan partikel berbahaya dari berbagai kendaraan bermotor yang berseliweran. Hingga saat ini, ia mencatat rekor sebagai pasien kanker paru-paru termuda di Cina.

Berita ini semakin menambah kekhawatiran dunia akan efek buruk polusi udara kepada kesehatan. Bulan lalu, badan kesehatan dunia (WHO) untuk pertama kalinya mengklasifikasikan polusi udara sebagai salah satu penyebab kanker. WHO mencatat ada 220 ribu kasus penderita kanker yang meninggal dunia di tahun 2010, separuhnya adalah karena kanker paru-paru. Di Cina sendiri, angka kematian akibat kanker paru-paru meningkat empat kali lipat sejak 30 tahun terakhir.

Soal masalah polusi udara, Cina bagian utara adalah yang terburuk. Emisi dari sistem penghangat berbahan bakar batu bara yang digunakan di daerah ini ditengarai mengurangi kemungkinan hidup penduduknya hingga 5 tahun.

Setelah berita tentang bocah 8 tahun pengidap kanker paru-paru tersebut ditulis di kanal berita TIME, ratusan orang merespon dengan doa agar keadaan si bocah lekas membaik. Meski, banyak pula penduduk Cina yang mengekspresikan ketakutan mereka hidup di negara dengan tingkat polusi mematikan.

Salah satu bahkan memberi komentar diawali dengan idiom, "Hao hao xuexi, tian tian xiang shang," yang berarti: "Belajar keras dan lakukan hal baik setiap hari." Ia lantas menambahkan satu kalimat lagi, "Setelah itu, tinggalkan negara Cina."

Ajeng