Selain terdampar jauh, Budi juga sempat terjebak jalan lumpur yang sulit dilalui. "Itu, selama 6 hari ada jalan hancur penuh lumpur di China, jadi saya tempuh 30 kilometer selama 13 jam. Jadi 3/4 nya jalan itu lumpur," kenangnya.
Jika sudah terpaksa menjalani rute yang sulit, Budi terpaksa bermalam di alam dengan tenda yang selalu dibawanya. "Kalau buat tenda, aku buat jauh-jauh dari jalan dan gelap-gelapan," ujarnya.
Dan jika Budi sedang berada di kota, soal istirahat bisa dilakukan di jalan, buat tenda di halaman rumah orang, atau menginap di belakang rumah makan, SPBU atau sekolah. "Kalau dikasih ijin ya tidur sana, kalau enggak ya pindah," tukasnya. Apa tujuan utama Budi melakukan backpacker dengan sepeda keliling Asia? Diakuinya jika tujuan awal dirinya adalah ingin melihat kebudayaan dan kehidupan di negara lain. "Dengan naik sepeda bisa lebih santai dan bisa lama menikmati kiri dan kanan sembari memperhatikan sekitar," paparnya.
Hasilnya, menurut Budi kebudayaan dan kondisi kemasyarakatan di Indonesia lebih baik dibanding negara Asia yang lain. Misalnya, ketika Budi di Kamboja, menurutnya walaupun sama-sama negara agraris Indonesia jauh lebih sejahtera ketimbang Kamboja.
"Di sana lebih miskin. Di suatu wilayah, mereka sehari-hari makan singkong ditumbuk. Lalu, soal pendidikan, di Aceh walaupun masyarakat miskin anak-anak masih bisa sekolah. Di sana, kebanyakan anak-anak tidak sekolah. Pokoknya, perbandingan ibukota dengan pinggiran, sangat jauh ketimpangannya. Ternyata, diluar Indonesia ada negara yang jauh lebih miskin," ulasan singkat Budi.
Rencananya, pengalaman Budi melihat wilayah Asia dari atas sepeda ini akan dibukukan bersama rekan-rekan komunitas sepeda KGB. "Ya. Dari catatan harianku, aku mau bukukan. Sekarang sedang proses penyusunan dan akan dibantu teman KGB ke penerbit," ujar Budi.
Laili