Kisah Sukses Sang Perajin Batik

By nova.id, Selasa, 22 Oktober 2013 | 10:45 WIB
Kisah Sukses Sang Perajin Batik (nova.id)

Kisah Sukses Sang Perajin Batik (nova.id)

"Foto: Henry "

Sudah lima tahun Ida pindah dari kampung halamannya di Pekalongan ke Salatiga untuk ikut mengembangkan batik setempat. Ida mengaku direkrut oleh Bambang Pamulardi yang menemukan batik Plumpungan. "Pekalongan, kan, sudah lama terkenal sebagai kota batik.  Urusan batik, masyarakat Pekalongan sudah berurat-akar. Beda dengan kota Salatiga yang tampaknya tidak punya tradisi batik," kisah Ida.

Berbekal pengalamannya, Ida dan beberapa perajin lain ikut mengelola dan mengembangkan batik Plumpungan. Ia mencoba membuat corak baru, tanpa meninggalkan ciri khas berupa batu besar dan kecil yang selama ini coba dikembangkan Bambang Pamulardi. "Berbagai corak baru kerap dibuat dengan mendasarkan pada pola dasar dua tumpukan batu besar dan kecil. Ini ciri khas yang mengacu pada prasasti Plumpungan," kisah Ida.

Tak hanya terlibat dalam proses produksi. Ida ingin ikut menumbuhkan dan menyemarakkan batk Salatiga. Salah satu caranya, Ida giat mengadakan kursus ke berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari anak sekolah sampai kelompok ibu-ibu arisan. "Lokasi kursus terserah mereka saja. Bisa di workshop batik Plumpungan, bisa juga saya mendatangi mereka. Sudah banyak kok warga masyarakat yang minta diajari membatik," kata Ida.

Biaya kursus pun fleksibel, tergantung jumlah pertemuan. Kalau hanya untuk perkenalan, "Biayanya bisa Rp 100 ribu. Tapi, kalau mulai tingkat dasar sampai mahir, biaya kursus pasti lebih besar lagi," papar Ida yang bangga bisa ikut mengembangkan batik di Salatiga.

Sejauh ini, Ida mencoba terus berekspresi untuk mendapatkan corak baru tanpa meninggalkan ciri khas batik Salatiga berupa batu prasasti. Ternyata, Ida mampu memperkayanya, misalnya saja membuat berbagai bentuk dengan dasar batu prasasti atau memadupadankan antara corak batu dengan dedaunan.  "Salah satu yang menarik dari batik adalah kekayaan coraknya.  Saya yakin batik Salatiga bisa terus berkembang."

Ida mengaku sudah sering mendapat pesanan dari para tokoh lokal mulai dari dosen sampai birokrat. Beberapa waktu lalu ketika ikut pameran di Jakarta, "Ternyata batik Salatiga juga digemari beberapa pesohor. Saya, sih, berharap pemerintah kota setempat ikut lebih mempromosikan batik," harapnya.

Henry