Abbas yang kantornya bersebelahan dengan lokasi waduk mengisahkan, kawasan yang semula tak tertata ini menimbulkan kerentanan. "Dulu, kawasan ini tampak kumuh. Ilalang tumbuh tinggi. Selain itu, suasana sepi juga bisa menimbulkan kerawanan. Ada saja sekelompok preman memanfaatkan ruang kosong itu," papar Abbas.
Abbas mengaku pernah mengalami peristiwa menegangkan di area itu. "Suatu ketika pas enggak bertugas, saya iseng-iseng ingin mancing di kolam. Saya membayangkan tempatnya sepi dan enak untuk santai," katanya.
Ternyata, dia menjumpai sekelompok pemuda tengah menenggak minuman keras. Beberapa di antaranya membawa senjata tajam. "Saya lihat mereka juga mematok-matok tanah. Eh, begitu melihat saya, mereka langsung mengancam. Tentu saja saya sempat khawatir. Jumlah mereka, kan, lumayan banyak dan bawa senjata tajam. Kalau melawan, saya pasti akan mati. Rupanya, mereka curiga saya mengawasi tindakan mereka."
Untungnya, kata Abbas, saat itu ia tidak mengenakan pakaian seraga. Ia pun berkilah sekadar ingin mancing di waduk. "Tapi, mereka malah mengusir saya. Ya sudah, demi keamanan saya pergi dari tempat itu," ujar Abbas yang kemudian menginformasikan kejadian ini pada aparat keamanan lain. "Akhirnya, preman-preman itu berhasil diusir."
Sejak kejadian itu, Abbas mengaku tak pernah lagi mendekati lokasi waduk. Ia hanya mengawasi dari kejauhan. "Nah, bila kelak waduk sudah jadi indah, sudah pasti tingkat kerawanan juga akan hilang. Meski pengerjaan normalisasi bisa dibilang masih tahap awal, tempat ini sudah bersih. Lihat saja, sudah ada warga yang bisa berperahu. Dulu sudah pasti tersangkut eceng gondok ," ujarnya.
Henry