Wati mengungkapkan, RA Kosasih meninggal dalam senyum. "Ia seperti tidur. Meninggal tidak dalam kesusahan. Tenang sekali," tutur Wati seraya mengatakan, sang ayah sempat beberapa hari sakit dan dirawat di Rumah Sakit Premier Bintaro. Beberapa hari dirawat, minggu lalu Kosasih diperkenankan pulang ke rumah di kawasan Cempaka Putri Rempoa. "Bapak memang sudah sepuh. Beberapa kali Bapak keluar masuk rumah sakit karena kondisi sepuh. Namun, sejauh ini ia masih sadar penuh. Ungkapan dan pendengarannya juga masih bagyus."
Saat sakitnya yang lalu, tutur Wati, Kosasih sempat mengeluh dadanya sakit. "Dulu, saya beli tabung oksigen. Nah, sakitnya sekarang saya juga membeli tabung oksigen. Bapak bilang capek dan tidak mau masuk rumah sakit lagi. Malam itu sebelum kepergiannya, kami masih ngobrol," ujar Wati yang selalu menunggui ayahnya ini.
"Saat mengganti pampers, saya bilang pada Bapak, nanti kita mendatangkan perawat untuk merawat Bapak. Bapak hanya menganguk. Setelah itu, Bapak terjatuh. Tak lama kemudian, Bapak mengembuskan napas terakhir," kata Wati.
Usai disalatkan di masjid Rempoa, jasad Kosasih segera dimakamkan. Di antara para pelayat tampak Arswendo Atmowiloto, para komikus di bawah angkatan Kosasih seperti Mansyur Daman, Gerdi WK, Kelana, para komikus muda, dan penggemarnya. Bagi Gerdi, "Kita semua pencinta komik Indonesia sangat berduka. Seandainya tidak ada beliau, bisa jadi komik Indonesia tidak akan semaju ini. Beliau sangat berjasa meletakkan pijakan pada komik lewat karya-karya komik wayang yang melegenda. Ia merupakan perintis komik Indonesia," papar Gerdi.
Mansyur Daman alias Man juga menyepakati ungkapan Gerdi. Katanya, "Pak Kosasih merupakan salah satu pelopor komik Indonesia. Ia menjadi inspirasi bagi komikus yang lebih muda, termasuk saya. Saya masih ingat, ketika mulai belajar menggambar komik. Saya sengaja meniru gambarnya," ujar Man yang juga termasuk komikus produktif.
Sepanjang kariernya sebagai komikus, Kosasih sudah melahirkan ratusan komik.
Henry