Gara-gara judul bukunya, Retno sempat mendapat protes dari orang-orang yang baru membaca judul bukunya saja. Ibu dua anak itu dibilang nranyak (tak sopan) terhadap mantan bosnya lantaran mengatai besar kepala.
Sebagai penulis, tentu Isma sengaja memilih judul itu untuk menarik orang agar membaca bukunya. Benar saja, di halaman 153 Isma menjelaskan kenapa ia mengatai HZ "besar kepala". Suatu kali pada 2008, ia mengikuti perjalanan dinas HZ ke Jakarta untuk menerima anugerah Festival Anak Saleh Indonesia (FASI) 2008. Beberapa saat sebelum acara dimulai, "Saya lihat Pak HZ celingukan. Lalu saya dekati dan tanya, beliau bilang lupa bawa peci. Sementara kepala daerah lain mengenakan kopiah. Kontan saya bingung nyari peci buat Pak HZ."
Mau tak mau Isma meminjam peci kepada kontingen FASI asal Jogja yang hadir di acara itu. "Peci yang saya pinjam ukurannya besar. Ternyata tak muat. Baru peci ketiga yang saya pinjam muat di kepala Pak HZ. Sejak itulah saya tahu ukuran kepala Bapak memang besar," papar Isma yang rajin menulis di rubrik Kompasiana sejak 2009.
Isma menduga, kecerdasan, kepintaran, kejelian, kelihaian, dan kebijaksanaan mantan bosnya dalam memimpin kota Jogja selama 10 tahun bisa jadi karena didukung "isi kepala" yang besar. "Bukan cuma besar ukuran kepalanya, tapi juga isi otaknya. Saya sering dibuat terkagum-kagum oleh pola pikir Pak HZ," imbuhnya.
Rini