Mengharukan, Kebersamaan Terakhir Arfiand Dengan Keluarga

By nova.id, Kamis, 26 Juni 2014 | 11:35 WIB
Mengharukan Kebersamaan Terakhir Arfiand Dengan Keluarga (nova.id)

Mengharukan Kebersamaan Terakhir Arfiand Dengan Keluarga (nova.id)

"Arfian Caesar Al Irhami, korban kekerasan sesama siswa SMAN 3 Jakarta (foto: Dok.Pribadi) "

TabloidNova.com -  Tidak ada firasat atau pesan apapun yang dirasakan dan diterima oleh pasangan suami-istri Diana Dewi (46) dan Arief Setiady (46) sebelum kepergian anak pertama mereka, Arfiand Caesar Al Irhami atau Aca (15) menghadap Tuhan pada Jumat (20/6) silam. Arfiand yang suda pamit pada Diana dan Arief sejak 12 Juni untuk mengikuti kegiatan penjelajah alam SMAN 3 Jakarta, Sabhawana, di kawasan Gunung Tangkuban Perahu itu pun harus meregang nyawa sebelum maut menjemputnya. Diduga keras, Arfiand mengalami tindak kekerasan yang mengakibatkan kondisi fisiknya melemah.

Diana mengenang, memang sebelum putranya berangkat, malam sebelumnya Aca sempat meminta orangtua dan adiknya untuk tidur bersama. Tapi Diana tak menyangka itu menjadi momen kebersamaan keluarganya yang terakhir bersama Aca. "Sebelum berangkat malam itu dia pengin tidur bareng-bareng di kamar adiknya. Kami berempat. Saya sih enggak masalah, bareng-bareng saja karena dia juga sering tidur bareng sama kami."

Di mata Diana, sosok Aca adalah seorang anak yang pintar, meski pendiam. Tapi sudah sejak SD, Aca kerap terlibat di banyak kegiatan ekstrakurikuler. "Dia cenderung lebih senang main komputer, paling sama adiknya, gitu aja. Karena dari pagi kan sudah sekolah. Masuk 06.30, pulang jam 15.00. Kadang pulang sekolah langsung les, enggak sempat macam-macam. Malah harusnya sekarang Aca mau naik kelas dua, nanti tanggal 27 bagi rapor," kata Diana lagi.

"Aca itu pintar. Hasil psikotesnya saja 132, superior ditulisnya di situnya. Alhamdulilah dia anak pintar. Aca selalu ranking 10 besar. Makanya dia bisa masuk kelas CI (cerdas istimewa, Red.) karena nilainya bagus di SMA 3," kata Arief yang mengenang keinginan Aca untuk berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). "Dari SMP suka bilang  mau masuk ITB, kalau enggak jadi pilot. Mamanya malah suka bilang, 'Jadi dokter aja Ca,  kan kamu putih lemah lembut, pantasnya jadi dokter'. Tapi dia enggak  mau, maunya masuk ITB. Mungkin karena sejak kecil suka dibawa ibunya ke ITB," kenang Arief.

Tak hanya pintar, Arief pun bertutur tentang sifat sederhana yang dimiliki Aca. Bahkan saat anak seusianya memiliki gadget yang lengkap dan canggih, Aca sudah puas dengan handphone yang sederhana. "Anaknya enggak pernah nuntut. Handphone-nya saja masih harga Rp 100 ribu. Saya tanya apa dia enggak malu sama teman-temannya, apa mau diganti, dia bilang enggak. Makanya sama teman-temannya, katanya Aca paling aman kalau ada penyitaan handphone. Malah kasihan yang nyita handphone Aca. Dia memang enggak mau ganti, itu saja yang cuma bisa menelepon dan SMS."

Yetta Angelina