Muryadianto Melukis di Atas Wijen

By nova.id, Senin, 27 Februari 2012 | 19:19 WIB
Muryadianto Melukis di Atas Wijen (nova.id)

Muryadianto Melukis di Atas Wijen (nova.id)

"Foto: Gandhi/NOVA "

Pada saat bertemu dirinya, NOVA berkesempatan melihat Muryadianto melukis ratusan wijen dengan amat sempurna. Dari lukisan wajah para wali, presiden Indonesia pertama hingga yang terakhir, sampai orang ternama dunia seperti Ronald Reagen, Barack Obama, Nelson Mandela, atau Ratu Elizabeth. "Untuk melukis satu butir wijen berwarna membutuhkan waktu sekitar seminggu lamanya, tapi yang hitam putih cukup dua hari," papar lajang yang di sela-sela melukis juga memproduksi tempe.

Pemilik Galeri Murya Wijen ini memang hobi melukis sejak kecil. Selulus dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Ngawi, pemuda sederhana ini lalu hijrah ke Bangil (Jatim) menjadi pelukis kaligrafi. "Awalnya tidak bisa, lalu saya diajari seorang kiai cara melukis kaligrafi," kenang Muryadianto yang mengaku sering menerima lukisan sesuai pesanan.

Pada suatu masa, ia berkeinginan membuat kreasi yang beda, membuat lukisan superkecil. Semula ia ingin membuat lukisan di atas butiran beras. Namun ternyata karya itu sudah dilakukan seniman luar negeri, bahkan masuk Guinness Book of Record. "Setelah berpikir sekian lama, saya akhirnya menemukan media wijen sebagai penganti kanvas," katanya.

Yang menjadi tantangan melukis di atas wijen, lanjutnya, wijen memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi sehingga berbagai jenis cat akan mudah mengelupas. Dari sekian banyak ujicoba cat, dari yang murah hingga mahal, ternyata yang bisa dipakai justru cat minyak biasa yang harganya murah.

Sebagai penganti kuas, ia memakai bulu halus dari lengan yang dilem di ujung kayu, dibentuk mirip pena. "Kalau menggunakan rambut kepala, diameternya kebesaran," imbuh Muryadianto yang kerap begadang untuk menyelesaikan karyanya. Sementara untuk meneropong saat melukis atau melihat karyanya, ia membuat kaca pembesar hasil modifikasi sendiri. Terbuat dari lensa kamera yang dibelinya di toko loak, lalu dimasukkan ke dalam lubang paralon. Luar biasa!

Gandhi