Untuk menghentikan perdarahan, ketiga orang itu lalu membawa Bayu ke RS Mutia Husada. Lima hari dirawat di RS itu, darah memang berhenti mengalir. "Tapi sebulan setelahnya, badan Bayu jadi lemas dan kaku. Kedua kakinya lumpuh, tak bisa digerakkan. Kami sudah berusaha melakukan berbagai pengobatan namun hasilnya nihil."
Kena Saraf
Sugiarni masih ingat betul, ketika membawa Bayu ke beberapa rumah sakit di Medan, mereka ditolak. "Di RSU Latersia, RS St. Elizabeth, bahkan RS Colombia Asia, semua menolak. Baru kami paham alasannya setelah dr. Tuti, dokter dari RS H. Adam Malik Medan menjelaskan, saraf-saraf Bayu di bagian pinggang ke bawah mengalami kerusakan sehingga terjadi penyempitan ginjal."
Total delapan tahun Sugiarni dan Edi berusaha terus mengobati Bayu. Selain pinjam uang sana-sini, seluruh harta benda mereka pun ludes dijual untuk biaya pengobatan. Padahal, sebagai kuli bangunan, penghasilan Edi kerap tak menentu.
Sebenarnya, pasca operasi delapan tahun lalu, "Kami sempat komplain kepada Ag dan tahun 2006 ia bersedia bertanggung jawab serta memberi santunan. Dia juga bilang mau bantu Bayu seumur hidup."
Santunan pertama, kata Sugiarni, bernilai Rp 10 Juta. "Lalu dia kasih lagi Rp 15 juta. Tapi setelah itu Ag menghilang tanpa kabar."
Bingung melihat penderitaan Bayu yang berlanjut, keluarga sepakat melaporkan kasus malapraktik ini ke Mapolres Tebing Tinggi Jumat (3/5). "Kami melaporkan dr. Fer, Ag, dan Ai. Kami ingin mereka bertanggung jawab atas kondisi Bayu."
Yang membuat orangtua Bayu makin sedih, belakangan diketahui Ag ternyata bukan dokter melainkan hanya perawat yang bekerja di RSUD H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. "Sementara Ai, ternyata dia perawat dr. Fer. Tega-teganya mereka menipu kami," geram Sugiarni.
Ketika NOVA menyambangi RSUD H. Kumpulan Pane, Ag yang berstatus sebagai perawat ternyata sudah tak lagi bekerja di situ. "Kabarnya Ag dan Ai menyusul dr. Fer ke Rantau Prapat. Klinik yang dulu di depan rumah kami hanya buka selama setahun. Setelah Bayu mengalami malapraktik, praktiknya ditutup," tutur Sugiarni.
Apa pun yang terjadi, tegas Sugiarni, ia akan menuntut keadilan demi buah hatinya. Bayu kini hanya bisa duduk dan berbaring. Bahkan setahun terakhir ini ia harus terus diinfus. Kaki Bayu juga kerap mengeluarkan nanah yang berbau. Untuk membersihkannya pun harus menggunakan air infus.
Namun, dalam kondisi seperti itu, lanjut Sugiarni, Bayu tak pernah mengeluh. "Dia tak mau menyusahkan orangtuanya. Kami yakin, pasti ada malaikat yang menolong Bayu karena semangatnya untuk sembuh amat tinggi yang tak membuatnya terlihat sakit," papar Sugiarni tabah.