Dalam siaran pers tentang Risiko dan Dampak Zat Berbahaya Pada Obat Palsu, Kamis (2/5), dijelaskan bagaimana maraknya obat palsu yang mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan. Penelitian Victory Project pun dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM). Hasilnya 45% obat PDE5 Inhibitor (Sildenafil) di Indonesia adalah palsu. Obat-obatan palsu tidak hanya berakibat dan menimbulkan risiko terhadap kesehatan masyarakat, tapi juga merugikan masyarakat dan berdampak terhadap ekonomi nasional.Penelitian dipimpin Prof. DR.Dr. Akmal Taher, SpU-K dan mendapat dukungan dari PT Pfizer Indonesia. Obat-obatan yang sering dipalsukan adalah yang terkait dengan terapi disfungsi ereksi atau dikenal dengan sebutan PDE5 Inhibitor (phosphodiesterase type 5 inhibitor). Bahkan, bisa menembus sampai masuk ke apotek. "Hasil riset ini menggambarkan bagaimana kewaspadaan terhadap peredaran obat palsu perlu semakin diperhatikan semua kalangan," tegas Widyaretna Buenastuti, Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP).DR. Melva Louisa, S.Si, M.Biomed dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyatakan, "Dari sisi kesehatan, obat palsu mungkin mengandung zat berbahaya atau tidak dibuat dengan takaran sebenarnya. Berkisar dari sangat kecil hingga sangat berlebihan, pasti berakibat pada pengobatan pasien. Seperti, tidak kunjung sembuh, resisten terhadap pengobatan, hingga kondisi makin memburuk dan dalam kondisi ekstrem yang dapat menimbulkan kematian."Nove