TKW di Hongkong Tewas Terjun dari Lantai 6

By nova.id, Senin, 29 April 2013 | 00:42 WIB
TKW di Hongkong Tewas Terjun dari Lantai 6 (nova.id)

TKW di Hongkong Tewas Terjun dari Lantai 6 (nova.id)

"Ilustrasi "

Rumah pasangan suami istri, Sairun (48) dan Jemini (53) warga RT 01, RW 01, Dudun Pendung, Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponoroga dipenuhi suasana duka. Ini menyusul kabar kematian anak keduanya Dwi Ana Puspitasari (24).

Apalagi, anaknya yang sudah bekerja sejak tiga tahun di Hongkong itu tewas dalam kondisi mengenaskan yakni terjatuh dari lantai enam rumah majikannya.

Korban saat berangkat ke Hongkong masih dalam kondisi sehat dan tidak memilik penyakit apa pun. Selain itu, selama ini sering berkomunikasi dan bertelepon dengan keluarga di Ponorogo tanpa ada keluhan sama sekali.

Kondisi itulah yang menyebabkan kedua orangtua korban masih belum bisa menerima penyebab kematian anaknya yang mendadak itu. Apalagi, dalam surat yang disampakan PT AKM yang berkantor di Surabaya yang memberangkatkan korban 3 tahun lalu karena percobaan bunuh diri.

Padahal, korban yang tinggal di rumah majikannya Lee WOn Tom itu, tidak pernah punya masalah dan keluhan serta tak pernah aneh - aneh dalam menjalani hidupnya. Terkecuali ingin menyenangkan kedua orangtuanya hingga hijrah ke Hongkong itu.

"Saya hampir tak percaya. Sampai sekarang ini keluarga korban masih shock karena korban adalah anak bungsu dan belum berkeluarga tiba-tiba meninggalnya secara tragis," terang Barno (34) kerabat Sairun kepada Surya, Minggu (28/4/2013).

Sedangkan orangtua korban, Sairun menjelaskan sebelum ada kabar kematian anaknya itu, dirinya tidak memiliki firasat apa pun tentang anaknya yang sekarang meninggal secara tragis di negeri orang itu.

Sementara ibu kandung korban, Jemini menangis tak henti-henti. Apalagi, ketika rumahnya semakin banyak orang dan sanak saudara berdatangan untuk bertakjiah meski jenazah anaknya belum bisa dipastikan kepulangannya.

"Saya tak sanggup dengan keadaan ini. Saya pasrahkan karena mau menyusul tidak tahu tempatnya," imbuh Jemini sembari menangis.

Sementara itu, Barno yang juga tokoh masyarakat Desa Bringinan berharap dengan meninggalnya Dwi Pemerintah Indonesia untuk tidak memandang sebelah mata terhadap warga Indonesia yang mengalami tragedi dan masalah di luar negeri.

Seharusnya pemerintah tidak tutup mata untuk membentuk tim perlindungan bagi WNI yang hidup di luar negeri. Tim pelindungan WNI itu terdiri dari polisi, Depnaker dan Deplu yang siap datang ke negara tinggal dan lokasi WNI mendapatkan musibah. Bukan malah berpangku tangam dan sengaja membiarkan kondisi dan keluhan yang dialami WNI.

"Misalnya TKI/TKW mendapat bencana atau musibah harus jelas kasusnya. Jangan hanya TKI atauTKWyang disalahkan. Apalagi hanya mempercayakan ke Konsultan disana. Apalagi kasus Dwi hanya dinyatakan dalam surat dari PT yang memberangkatkan korban luka karena jatuh dari ketinggian. Itu kasus aneh dan harus ditelusuri," pungkasnya.

Sumber: Tribunnews