Nah, penangkapan Mulyadi Budiman di Bangkok beberapa hari lalu, diharapkan bisa membuka tabir sebenarnya siapa berperan apa dalam kasus tersebut.
Hanya saja, ketika Mulyadi dipertemukan dengan wartawan, Kamis (11/4) siang, pria ini memilih bungkam. Ia memilih menyembunyikan mukanya di pojok ruangan. Ketika ditanya tabloidnova.com soal ada masalah apa hingga ia tega membunuh putra mahkota pemilik pabrik panci Bima ini, Mulyadi hanya mengeluarkan satu kata "Enggak Tahu!". Selanjutnya, ia bungkam ketika ditanya peran masing-masing pelaku dan hal-hal terkait pembunuhan William Liem. Ini menjadi tugas polisi untuk mengungkap motif apa di balik pembunuhan sadis setahun lalu itu.
Seperti diketahui, setelah penemuan mayat Willian Liem yang dimasukkan ke plastik dan dibuang ke sungai di belakan studio Indosiar, Jakarta Barat, Mulyadi langsung kabur ke luar Indonesia. Polisi pun langsung menetapkan Mulyadi sebagai buronan. "Kami juga langsung mengeluarkan red notice dan koordinasi interpol Jakarta," ungkap Kanit 2 Jatanras Kompol Budi Hemanto, saat ditemui di Mainhall Polda Metro Jaya, Kamis (11/4).
Pada 19 Maret 2013, diperoleh informasi jika Mulyadi ada di Bangkok dan pada Senin, (1/4) dibawah pimpinan Subdit Umum Ditreskrimum PMJ, Tim pimpinan AKBP Helmy Santika. Tim segera berangkat dan pada Selasa (2/4) pukul 05.10 waktu setempat, Mulyadi ditangkap ketika telah keluar dari wihara tempatnya menjadi calon biksu (samanera) untuk berlindung dari kejaran polisi.
"Rupanya dia sudah merencanakan lari ke Bangkok dengan meminta referensi dari 'bapak' biksu di Indonesia dengan alasan akan bertobat karena telah menonjok anak pejabat hingga ompong. Dia ingin menjadi samanera di Bangkok," ungkap Kompol Budi ketika dikonfirmasi.
Petugas pun sempat terhalang lantaran ia tak bisa menangkap di vihara. Hingga ketika Mulyadi telah tak tahan jadi samanera dan keluar wihara hendak kabur ke Vietnam karena visanya habis, polisi pun sigap berkoordinasi Thai Royal Police untuk menyergapnya. Ia pun tak berkutik ketika polisi membawanya pulang ke Indonesia.
Laili